UJARAN-UJARAN HIDUP SANG PUJANGGA

(The Life Pronouncements of The Poet)


Ujaran-ujaran ini dikumpulkan dari tahun 1994 sampai 2004
These Pronouncements are collected from 1994 up to 2004
@Nurel Javissyarqi

Penerjemah :
I. Mrs. Enda Menzies MA
II. Welly Kuswanto
III. Agus B. Harianto

Lukisan : Laksmi Shitaresmi
Desain & Layout : Samsul Anam

Cetakan:
I : Belum lengkap, ada pada sub judul dalam buku “Balada-balada Takdir Terlalu Dini,” Cetakan Pertama, Mei 2001
II : Agustus 2004
III : April 2005
IV : Desember 2020

Diterbitkan : PuJa (PUstaka puJAngga)
Jalan Raya Makam Sunan Drajat
Kendal-Kemlagi, Karanggeneng,
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia.
Website: https://pustakapujangga.com/

Berkerjasama dengan : Pustaka Ilalang
Jl. Airlangga No. 3 Merjoyo, Sukodadi,
Lamongan, Jawa Timur, 62253, Indonesia.

Pengantar : Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga
Nurel Javissyarqi

Setiap manusia dalam menelusuri perjalanan hidupnya, senantiasa mendapati temuan-temuan yang terkadang melewati imajinasi, pikiran, harapan, kecemasan serta cinta. Namun mutiara-mutiara itu kadang dibiarkan berguguran merana, berserakan tak tentu arah, terlupa tiada tahu rimbanya. Sungguhlah sayang, tersebab ketika beberapa mutiara dirajut menjelma kalung, contohnya. Maka para putri kehidupan atau para pewaris peradaban, pastinya tergiur oleh rerangkaian memukau lagi menentramkan. Dalam buku ini, selama sepuluh tahun penulis kumpulkan yang berserakan tersebut, tentu di sekitaran diri atau di kedalamannya. Semoga menjadikan manfaat dalam mengisi wewaktu senggang lebih bemakna. Syukur Alhamdulillah daku haturkan kepada-Mu Allah Swt. Yang melimpahkan segenap kesempatan demi menghiasi kehidupan lewat membaca ayat-ayat-Mu; berpenuh pengertian longgar lagi tiada kesudahan, berupa tersirat pula tersurat. Semoga ini menjadikan kebaikan, maslahat bagi diri penulis dan tidak menutup kemungkinan untuk seluruh pemerhati. Ialah atas kekasih-Mu Muhammad Saw, segala alam raya terpampang cahayanya, bermanfaat di dunia menuju alam akhirat. Semua kebatilan pastilah terhempas, dan kebenaran suci tentunya lestari; berabadi adanya naungan kebesaran-Mu. Kepada sahabat-sahabat Nabiyullah akhiruzzaman, penulis haturkan sungkem, beliau-beliaulah pembuka jalur-jalur ijtihad; sehingga terlihat lapang tercerahkan serta aturan-aturannya semakin gamblang. Semoga pemelintir sejarah balik bertaubat, tersadar beberapa sandungan; teguran oleh fitrohnya kalbu dan nalar mengakui Keesaan-Mu. Pada orang-orang utama, penulis sungguh berhutang budi, walau pun sebenarnya bukan padanya hak, lantaran seluruh denyutan hayati atas kekuasaan-Nya. Allah Swt Pemimpin, Mahabijak pula mengerti kekurangan hamba, serta kekhilafannya. Tentulah tidak lupa daku hatur terima kasih kepada orang-orang tua, pembimbing daku sampai ke tahapan keyakinan (Diinul Islam). Kepada malaikat-malaikat-Mu selalu mengusap kelembutan atas ijin-Mu, teruntuk yang dikaruniai kemuliaan oleh senantiasa menyalakan obor di setiap malam, memberi sapuan di segenap siang. Senja, fajar, dulu, sekarang pun akan datang dalam genggaman-Nya. Dialah pembolak-balik rencana, dan insan sungguh lemah. Kita menapaki tangga kehidupan dunia hanyalah sekejap, maka marilah bersiap-sedia menyuguhkan senyum tulus keikhlasan pada namanya el-maut. Subhanahuwataalah, Allah Maha Suci dari segala debu-debu duniawi. Semoga ujaran-ujaran dalam buku ini berdaya guna mengisi masa-tempo luang. Petiklah jikalau kau anggap benar, dan campakkan ketika terkira salah, sebab penulis tidak luput dari segala nafsu buruk. Akhir pengantar, salam damai buat saudara semuanya, dariku…

N.J.

UJARAN-UJARAN HIDUP SANG PUJANGGA
(Ujaran-ujaran ini dikumpulkan dari tahun 1994-2004)

1. Simaklah kesunyianku untuk mengakrabi kesunyianmu tanpa aku.
2. Kerinduan adalah doa paling suci.
3. Harapan ialah samudra lamunan merindu.
4. Tulisan dari gairah rindu menjelma gemuruh guruh keabadian.
5. Kerinduan menambah daya ingat demi nyala juang.
6. Cinta menjadi salah satu jalan menuju keikhlasan.
7. Kecantikan ataupun ketampanan sanggup mengatrol wibawa.
8. Wanita mengubah jalan revolusi lebih cepat dari rencana.
9. Hilang gairahnya ketika cinta tak lagi berwarna-warni.
10. Kemampuanku hanya memahami wanita dari sisi keindahannya.
11. Kepergianku memberi bekas di keningmu.
12. Aku mendengar panggilan penuh merindu di batinmu.
13. Tiupan angin nurani sepadan tarikan seruling semesta.
14. Bedakan gemulai dengan lemah.
15. Kesabarannya ditunggu sekawanan bidadari bersayap bangau.
16. Tidak lama badai menerjang tanjung kesetiaan.
17. Karang sunyi penantianmu dan ombakku mendekap erat.
18. Yang menggejala di tubuh manusia ialah magnit cinta.
19. Manisnya senyum menolong dicintai.
20. Kecemberutan (kecemburuan buta) sanggup merusak segalanya.
21. Kesetiaan mendekatkan pada karya keabadian.
22. Tenaga terbesar dari kaum yang dicintainya.
23. Perpisahan itu seolah lenyapnya awan di langit.
24. Bunga tertanam di hati tiada layu, paling hanya sayu.
25. Menunggu begitu indah, bila dengan sambutan gembira.
26. Pertolongan pertama pada kemarahan ialah senyuman.
27. Aku merindu kemarahanmu yang tak sungguh-sungguh.
28. Seolah ditelanjangi, saat orang yang kucintai melihat kehadiranku.
29. Selugu-lugunya manusia, tentu tahu bahasa dicintai dan mencintai.
30. Tanyakan gelombang batin pada yang terguncang jiwanya.
31. Cinta adalah benang-benang bergelombang di udara.
32. Kedamaian hati mempercantik rupa dengan sendirinya.
33. Sebab cinta, imannya menggetarkan tubuh dan jiwa.
34. Pertemuan itu perlambang keberuntungan.
35. Makna jodoh lebih ajaib daripada mimpi.
36. Bila berbalas surat itu hina, jangan kotori kertasmu dengan mata pena.
37. Ketika duka cita menghampirimu, sinar surya terasa temaram.
38. Sekali orang tidak setia, jangan-jangan anda munafik? Bertaubatlah untuk menyetiai.
39. Kekasihnya menjadikan dirinya sejati; memaknai hidup tak terlupakan.
40. Kadang jujur memalukan, tapi yang malu katakan cinta itu pembohong.
41. Ketika lintang bercakap. Siapa merawat malam melahirkan embun surya?
42. Kebebasan serupa rumah laba-laba yang menawari sunyi dan bisikan masa.
43. Menunda perkenalan memperbesar rindu adalah ego terindah demi mencapai setia.
44. Perjumpaan itu keindahan, dan tiada yang terindah daripada kesamaan lautan jiwa.
45. Yang mendengar mimpinya lalu melaksanakan cinta akan bertemu kemenangan.
46. Matahari mengajak berjuang, sedang rembulan merayu pada lamunan.
47. Nyala api mendorong asap terbang, bersatunya dengan udara kehidupan.
48. Bagaimana aku sebut orang yang kucintai, sedangkan dia tak ingin dicintai?
49. Kelembutan wanita mampu melahirkan karya dan menambah daya juang bercita-cita.
50. Wanita mempunyai kelemah-lebihannya, maka jangan terpenjara oleh pencarian ideal.
51. Cinta tumbuh sebab diingat, mengingat dan teringat kepada yang dicintainya.
52. Kata yang berasal dari dasar nurani (niat) sanggup menggetarkan pendengarnya.
53. Kata perawan senantiasa memitos serupa kucing di pangkuan bidadari di rembulan.
54. Emosi membakar jiwa seibarat perang atau cinta buta yang kan ada jenuhnya.
55. Gelisahnya awan-gemawan berarak, jikalau tiada nyala “api” cinta ke dunia.
56. Ada senyum meragukan dari kesungguhan orang yang pernah menyakitkan.
57. Sakit menyenangkan adalah cambuk cinta bagi si pemalas menjelma giat.
58. Bila aku tahu kau tak mungkin mencintaiku, diriku kan berlari sedari dulu.
59. Indahnya bunga rerumputan tetaplah serumpun rumput juga; kata mereka.
60. Aku terkagum, karna rumput itu bunga yang malu akan sanjungan.
61. Karna cintanya tak terbalas, terlunta-luntalah ia; yang menyetiai satu pandangan.
62. Setidaknya kau tersanjung walau tak mencintaiku; kata terpuruk.
63. Rindu menggetarkan tubuh, panasnya ke tenggorokan akan dahaga pertemuan.
64. Kau dilahirkan cinta, tapi kebencian sanggup menguburmu.
65. Tidakkah kau dengar, suara angin berkabar ketulusan.
66. Bila menyimakku maka habislah waktumu, renungkan; kau kan kudekap.
67. Mari berbincang agar saling menyadari dan kembali bersetia.
68. Melihat wajah teman, aku tahu dia punya saudara perempuan atau laki-laki.
69. Tanpa cinta, kehidupan hanyalah bayang-bayang perasaan.
70. Ruh cinta ditiup dari seruling kegaiban.
71. Siapa mati dalam keadaan mencintai, akan menghadiahi sesuatu yang abadi.
72. Aku meminta sesuatu darimu, kan kuberi kalbuku seberat ketulusanmu.
73. Bagaimana keindahan tidak boleh dimaknai, bila tidak disebut indah?
74. Aku cium tangannya demi mendapati hatinya, dan ia menciumku demi memiliki sayapku.
75. Memandangi kekasih seperti ke puncak dan ketika beranjak, hilanglah kesadaran.
76. Melewati perasaan, kita mengerti bahasa kerahasiaan anak-anak dan perempuan.
77. Dengan akalnya, wanita bisa menjangkau kaum lelaki.
78. Dalam perut wanita, tuhan menciptakan insan laki-laki ataupun perempuan.
79. Aku melihat ia berbicara saat tersenyum dan aku tak sanggup mendengar kata-katanya, karna aku tenggelam dalam lautan bibirnya.
80. Pencipta pastilah pecinta, tetapi kasih sayangnya hanya satu dirinya.
81. Nyanyian terindah dalam rumah adalah tangisan sang bayi.
82. Dan para tetangga berbondong-bondong untuk menyaksikan tariannya.
83. Cinta menyuburkan tanaman dan semua diperkenankan memetik bebuahnya.
84. Aku merekam kalbumu kekasih dan gelombang samudra mencatat laguku.
85. Ketika menuju pantai, jangan salahkan bayu kalau berkisah ke pedalaman.
86. Jiwaku laksana tubuhku yang gemar berkelana bersentuhan alam sekitarnya.
87. Tubuh awan itu lukisan tiada membosankan.
88. Kecantikan sanggup membenarkan yang remang.
89. Sayang, sayapnya jauh menjangkau, tetapi tak mampu berkicau; elang.
90. Ketika berkata-kata sebenarnya aku malu, sebab hanya kebodohan semata.
91. Ia rela melepaskan kekasihnya, setelah menemukan cinta sejati kepasrahan.
92. Bidadari terlihat anggun, ketika meneteskan air matanya sebab anak-anaknya.
93. Doa ialah suara hati hamba kepada tuhannya.
94. Ya Allah, kenapa aku iri, bila istriku bersholawat kepada kekasih-Mu (Muhammad Saw).
95. Menikmati alam dan mengaguminya senafas dzikir kepada Allah Swt.
96. Gerak jiwa dan raga sanggup mempengaruhi gravitasi-nasib seseorang.
97. Persoalan tampil sebagai hikmah, andaikan mau memahaminya.
98. Hikmah adalah air murni penyejuk jiwa.
99. Kesadaran senantiasa datang memberi pemaafan.
100. Nyanyian alam ada dalam jiwa dan lagu jiwa didendangkan alam.
101. Kejujuran memiliki beberapa pintu keberuntungan.
102. Utamakan kerukunan, menghormati yang berilmu dan para pencarinya.
103. Pencari ilmu sejati senantiasa gelisah akan kebutuhan batinnya.
104. Semua berawal dari kebaikan dan pada dasarnya suci.
105. Jangan sekali-kali menutup kemungkinan, sebab itu rahmat tuhan.
106. Siapa merawat embun menjelma mutiara di mata malam yang terjaga?
107. Dengarkan kata-kata waktu, sebelum berbicara kepada waktu.
108. Asap mendorong ke udara dari pembakaran keji maupun mulia.
109. Sesuatu yang baru sanggup menghipnosis kita.
110. Belajarlah sebagaimana orang gila menghipnosis di jalanan umum.
111. Kebajikan itu menyakitkan, tetapi kebahagiaan berasal dari rasa sakit.
112. Buah manis kesabaran tidak selamanya dari satu pohon yang sama.
113. Bila telah merasakan derita, takkan lagi temukan sengsara.
114. Harapan mulia bisa terlupa, bila melakoni hidupnya dengan melena.
115. Mengawali kegilaan itu sulit, tapi langkah selanjutnya begitu ringan.
116. Seorang pemecah batu harus tahu serat-serat batu.
117. Ide maupun impian; pahamilah ruang ganjil.
118. Belajarlah ketegaran dari pohon cemara dan keteguhan pohon jati melewati musim (kemarau panjang).
119. Merunduknya padi sampai aku kira ia rumput.
120. Terdengar kata-kata; hidup itu payah memiliki padahal tidak memiliki.
121. Mata seorang arif setajam mata elang di balik awan.
122. Kebenaran itu tonggak sejarah dan yang melahirkan peradaban.
123. Tumpukan batu pondasi rumah harapan dan impian ternyata kesabaran.
124. Jika semua insan hilang kesabaran, aku tak tahu lagi bagaimana dunia nanti?
125. Ibu adalah samudra bagi ikan-ikannya.
126. Banyak bertanya tapi tak mau berpikir, ibarat menanam tak mau menyirami.
127. Jika menyadari dunia pengantar ibadah, tak akan merasai kepedihan hidup.
128. Kesungguhan tanpa keyakinan ibarat memukul udara hampa.
129. Yang melupakan hari pembalasan, akan jauh dari ajaran agama.
130. Apakah mencari hikmah dengan jalan berdosa mendapat pahala?
131. Mitos pertama kali terlahir dari mimpinya seorang primitif.
132. Filsuf yang masih memegang mitos seperti burung dalam sangkar.
133. Dengan kesabaran, hikmah menjelma mata air keabadian.
134. Mengurangi waktu riang demi bekerja, akan menemukan ladang yang belum terpikirkan.
135. Proses mimpi dan impian lebih (-tinggi) beberapa tingkat dari kehidupan nyata.
136. Yang mengorbankan waktu demi Sang Waktu, akan mendapati kemenangan.
137. Ide itu suci dan pengingkaran adalah dosa.
138. Bedakan pengingkaran dengan penolakan.
139. Gelisah yang tertuang di kanvas hidup akan menjelma karya agung.
140. Emosional sempurna pada karya, akan mencipta kecemburuan para penikmatnya.
141. Keindahan mulia terdapat pada seorang kembara yang mencari ilmu hikmah.
142. Kekangan dalam pesantren itu kemuliaan yang tak dapat diganti dengan uang.
143. Jangan menanti panen, tapi taburkanlah bebijian di ladang kosongmu.
144. Seorang sufi menggerak-gerakkan daun hatinya dan melangkah di tepian bibirnya.
145. Yang belum tahu kebaikan, sebab pandangannya tertutupi kabut kebendaan.
146. Ketika berbaju baru, gunakan beribadah terlebih dulu, karena nanti mengesankanmu.
147. Yang beramal sirri (tersembunyi), besar kemungkinan pahalanya melampaui langit bumi.
148. Sanjungan bagimu menjelma racun, maka jangan kau telan dan lebih senanglah terhadap kritik, sebab pahitnya seperti jamu.
149. Ketakutan itu hantu penunggu kegelapan dalam kehidupan.
150. Pujilah yang berhak, agar tak dikira melontarkan manisnya cacian.
151. Orang dalam ketakutan, tidak memperhitungkan saat-saat terpejamnya mata.
152. Terlihat kabur kesaksian mereka, kalau kita menutupi kekhilafan mereka.
153. Mungkin yang duluan masuk surga, itu yang mengajak kita ke jalan sesat dan dia cepat bertaubat.
154. Mendapati cahaya di padang rumput dan ambillah dengan kalimat suci.
155. Yang menjaga kebersihan (kesucian) akan ditambah beberapa jengkal usianya.
156. Meremehkan sesama itu dosa yang sulit terampuni, bila tidak dengan tawadhuk.
157. Bertemu orang-orang di dalam kembaraan, ternyata mereka pernah dirindukan.
158. Tiliklah, bahwa semua laba-laba sudah dijatah makanan pada waktunya.
159. Kebaikanku serasa dari kumpulan doa-doa ibunda.
160. Dan kesalahanku terasa dari beberapa pikiran abah.
161. Aku mencurigai kekenyangan perutku, dan kuselidiki rasa laparku yang mengajak berlalu.
162. Sayap-sayap malaikat kepakkan hawa dingin dalam tubuh manusia.
163. Jangan cepat gembira sebelum menemukan janji tuhan dalam kitab kalbumu.
164. Yang merasa aman sesungguhnya terlena.
165. Yang merasa tak aman senantiasa terjaga.
166. Sedang kepasrahan itu wujud manunggalnya cinta.
167. Dengan suci hati serta tawadhuk, ilmu dan ilham mengalir ke pangkuan.
168. Niat sebagaimana bekal takkan habis di perjalanan dan peneguh pendirian.
169. Jadikan niatmu bersayap, mengepak, terbang dan mengembang mengembara.
170. Niat ibarat magnit yang sanggup menarik jarum ke dekatnya, dan menggetarkan lempeng besi walau mata tak menyaksikannya.
171. Membawa beban sampai tak mampu berjalan, setingkat kesakitan hingga mengalami kebisuan.
172. Ada yang terbunuh dalam persaingan, karna membawa bajunya seorang incaran.
173. Yang tahu letak kehormatan dan pahala, hanyalah penyombong.
174. Seorang kembara mencari ilmu, sebaiknya tidur tidak beralaskan kasur.
175. Tingkat kematangan seseorang terhitung berapakali menangis di hadapan tuhan.
176. Jangan bertanya bila nanti menenggelamkan keyakinanmu, maka dengarkan dan bacalah.
177. Sekali-kali tenggelamkan keyakinanmu agar sampai kedalamannya.
178. Kadang kita perlu melawan kebijakan untuk menemukan hakikatnya.
179. Selami jiwamu, sebab hidup memberat bila terbang sambil menabur emosi.
180. Alangkah arif, mengunyah kedirian (jati diri) hingga menemukan lautan madu.
181. Maafkan ia yang masih takut bersetia, karena belum tahu tentang dirinya dan dirimu.
182. Kehidupan ruh dan jasad, ada tangga tingkatannya serupa tetumpukan lelapisan langit.
183. Cermin (kehidupan) akhirat membawa hati ke penyadaran menuju pulau kebajikan.
184. Tidur itu mati sementara, sedangkan mimpi ialah perjalanan yang tak tersangka.
185. Kematian itu berpisahnya raga dan berpindahnya ruh ke alam keabadian.
186. Yang tahu waktu kematiannya seperti penjala yang paham batas lemparannya.
187. Dua orang pelaku sudah cukup menjadi saksi kebenaran di hadapanmu.
188. Seorang beriman yang jujur tidak membutuhkan saksi untuk keyakinannya.
189. Yang selalu ingat dan waspada, sangat memahami teguran meskipun halus.
190. Yang berkarya memindahkan hidupnya pada bentuk abadi dari pengertian umur.
191. Berniat lagi mengusahakan, maka kau akan tahu diri; pecundang atau pemberani.
192. Diri sebagai ruang penuh udara serupa kau menikmati hidup dalam diri.
193. Kenali orang-orang gila dan temukan banyaknya hikmah yang tak tersangka.
194. Doakan orang-orang yang telah tiada saat mengembara, kau senantiasa bertalian.
195. Para sufi melihat dunia seampas tebu, walau sebagian lainnya menjadi pemulung.
196. Curahkanlah makna samudra kepadaku tuhan, kan kupelajari langit-Mu.
197. Limpahkanlah langit-Mu tuhan, kan kupahami samudra kalbuku kepada-Mu.
198. Yang terlupa laparnya saat melewati atmosfer keagungan dan menemukan senyum yang sama.
199. Kepada batu besar membenturkan kepala, dan hanya ia yang mendapati pecahannya.
200. Yang senang dengan deritanya, tidak merasakan kepayahan sesungguhnya.
201. Ada yang berbuat dosa kecil untuk khusukkan ibadah yang pahalanya lebih (?).
202. Orang jujur dapat menilai kesungguhan orang lain.
203. Batinnya orang jujur tak gampang ditipu.
204. Orang jujur berpeluang selamat atau diselamatkan atau beruntung.
205. Jika sadar dirimu ditipu jangan tersenyum, mungkin kau berbedak kebodohan.
206. Kematangan diwarnai jamannya, tapi terpenting kesadaran mencipta.
207. Sabar itu kemenangan belum terkuak dan ketabahan ialah perang dahsyat di medan hati.
208. Penderitaan menjelma kekuatan ampuh untuk memenangkan permainan.
209. Jika digali dan didaki keraguan akan menambah dalam dan tinggi keyakinan.
210. Kesadaran mustinya selalu melekat, suatu hikmahnya mudah menjalani hidup.
211. Nasehat terbaik dari dalam diri setelah pengendalian jiwa pada jarak stabil.
212. Banyak kehilangan akan banyak pula yang didapat.
213. Yang merasa kehilangan semakin paham dirinya yang sebenarnya.
214. Di jalan batin ada kesangsian hening, sebab waktu belum menampar muka.
215. Menunggu atau menunda ialah pertanyaan seorang pemalas.
216. Berimbanglah kepentingan diri di antara suasana, kau kan matang.
217. Lebih agung mitos daripada harapan tinggi tanpa bunyi.
218. Lebih mulia mimpi daripada impian yang tak terlaksana.
219. Masalah tak akan rampung sekadar duduk. Namun duduklah sebentar, kau kan temukan jalan terbaik.
220. Menentukan pilihan terasa mudah, bila waktunya telah tiba.
221. Tali-temali kasih sayang menumbuhkan bulu di sayap memudahkan jangkauan.
222. Mintalah (memohon, berdoa akan) ketajaman penglihatan memandangi kebaikan (kebajikan).
223. Mintalah daya terang hikmah dari keangkaraan.
224. Raut yang terlihat bengis ketika menceritakan kenangan, hilanglah perangai buruknya.
225. Tatkala sakit dilalui bertemu kebahagiaan, jadilah kelemahan menjelma kekuatan.
226. Aku sangat menikmati saat-saat berangsurnya kesembuhan.
227. Jika sakit jangan lekas diobati, tapi rasakan lebih dulu, agar tahu betapa berharganya sehat.
228. Penyakit tuli pun bisa lantaran flu.
229. Menunda pekerjaan menambah was-was dan hantu punya alasan menjerumuskanmu.
230. Yang menyukai jalan kebaikan, apabila ke jalan sesat ia terhalang-halangi.
231. Marilah belajar ikhlas satu hal terkecil dulu dan penambahan itu mudah.
232. Yang memberi juga menanti balasan, mendekati perbuatan judi.
233. Memasuki waktu keheninganmu dan dengarkan tembang kerahasiaannya.
234. Wahai kaum hawa, apa geloramu agar aku setiai jalan menanjak di sekeliling rahasia.
235. Tenang dalam kekosongan hati itu hampa, tapi ketenangan oleh kedamaian hati adalah berisi.
236. Dalam hening terdengar suara, padahal tiada bunyi.
237. Saat pejamkan mata terlihat bayangan.
238. Dibutuhkan ketegasan saat menentukan putusan.
239. Ada was-was mempercepat kemajuan pesat, bagi sang tekun mencari kebenaran.
240. Jala sutra ialah saat-saat menentukan merdeka atau terpenjara.
241. Masa pun sanggup membebaskan sayapnya ke langit keberuntungan.
242. Pengembala bahagia melihat gembalaannya sibuk mengunyah rumput.
243. Renungkanlah udara pembalut alam ini akan kabut waktu terus berlalu.
244. Bahagialah yang selalu dilahirkan fajar dari malam permenungan.
245. Terimalah pemberian-Nya meski kadang menyakitkan, sebagai tanda digenapi keganjilanmu.
246. Hormatilah guru dan tatalah buku dengan santun sebagai awal kebaikan mencari ilmu.
247. Lebih indah ilmu daripada engkau (kekasih), tapi tidak pantas kecemburuan ditaruh di sini.
248. Jika ingin membunuh, jangan membaca (buku) terlebih dulu.
249. Ilmu berupa kalimat-kalimat, sebagian lagi rahasia-rahasia terungkap.
250. Tambal dan kenakan baju yang sobek sebagai awal pelajaran musafir.
251. Sedikit waktu berpikir berarti mengurangi harapan hidup lebih lama.
252. Berpikir serta berjiwalah muda, ketika tua jadilah piramida cermin.
253. Setiap penari pernah terkilir sebelum menemukan gerak ekstasi jiwa.
254. Ketika melewati oase ia menutup buku, lalu menyimak bisikan sang bayu.
255. Pada jalan yang sama dan waktunya berbeda dimaknai serupa, ia takkan balik.
256. Maju menunggu dicambuk ibarat keledai dan seekor burung menuruti nalurinya.
257. Lihatlah bagaimana burung camar bermain mengantisipasi ombak sambil memikat.
258. Aku kira lebih tua ombak daripada karang. Kau tahu kan yang kumaksud?
259. Penantian karang seakan sia-sia sebab tak mampu ke pedalaman.
260. Wujudkan gagasanmu, ada masanya ia hidup senapas dirimu saat menulis.
261. Impian akan purna bila dikerjakan sungguh dengan jiwa berkobar.
262. Indahnya tarian pena atas daya-dinaya alam, bukan dari tenaga dendam.
263. Sangat banyak naskah-naskah percobaan demi menghadirkan karya terbaik.
264. Ide itu mengagumkan dan ilham semacam pencerahan.
265. Karya sanggup menelanjangi penciptanya sekaligus membuat rahasia di dalamnya.
266. Ekspresi memperbanyak pengalaman dan mereka hanya dapati beritanya.
267. Ciptakan menara yang tak tertumbangkan, buatlah pondasinya sedalam keinginan bumi kau setubuhi.
268. Orang bercita-cita tinggi selalu pertimbangkan kegiatannya.
269. Yang benci sesuatu, karena hanya tahu akibat dan buta akan penyebab.
270. Matiku tidak membawa lelembaran kertas, maka rawatlah tinta hidupku.
271. Berkali-kali menyeket ibarat membaca pada dataran penguasaan.
272. Melukis itu suatu kegembiraan meskipun menuangkan kesedihan.
273. Berpuisi itu kesenangan tertulis walau menuturkan kesengsaraan.
274. Berkarya dan berpropaganda lebih baik daripada membuat organisasi yang tak sejiwa.
275. Hati dan nalar bekerja, indra sebagai penanya dan kejujuran jiwanya kesatria.
276. Kesambillaluan, tiduran dan mati adalah yang menghentikan kesempatan.
277. Kau lebih berkesempatan daripada tokoh sebelummu, karna bergelayutnya nyawamu.
278. Spekulasi paling ngeri ada dalam permainan biliar.
279. Kajilah sejarah secukupnya jangan terlena, lantas ciptakan bersama keyakinanmu.
280. Pelajarilah matahari, awan, lintang dan rembulan yang mengajak bersabar.
281. Semakin belajar dari mereka akan bertambah paham bagaimana melampauinya.
282. Sedikit demi sedikit impian ternyatakan, dari yang ringan menuju kobaran.
283. Dengan bekerja ia cukup senang, walau harapannya ditimbun kekinian.
284. Bermimpi dan bekerjalah, kau kan menuai hasil secara logis dan Ilahiyah.
285. Makna bisa belum tentu mampu, karna kemampuan itu kesadaran kekuatan.
286. Sedangkan bisa, dapat dilakukan tanpa sadar dan tidak memiliki daya hakiki.
287. Jauh lebih purna merasakan terlebih dulu, baru berpendapat.
288. Matangkan air hingga tenang, sebelum mempersembahkan.
289. Yang hidup tapi jiwanya sekarat, sebab cita-citanya terpenjara keadaan.
290. Jiwa bunuh diri itu yang tak memiliki cita-cita sama sekali.
291. Orang merdeka ialah yang dapat berjalan melalui cita-citanya.
292. Cahaya terbaik itu pengalaman orang lain.
293. Kemajuan memang menyakitkan, tapi bagian terbesarnya senyum kebahagiaan.
294. Kebahagiaan langsung teresap disaat pelukis menggarap karyanya.
295. Pujangga tak kalah bahagia, ketika sejarah impiannya terlukiskan.
296. Apalagi yang diingini setelah bahagia, sungguh insan cepat dahaga.
297. Berkarya menjadi terapi kesembuhan terbaik bagi sang pesakitan.
298. Ada yang lancar berteori, tapi dalam berkata-kata masih mengeja.
299. Igauan kelana: Matiku entah di mana? Nyatakah bara dalam dada?
300. Heran bercampur syukur ketika doa terkabul, lantas setan meniupkan keangkuhan.
301. Ada yang baca buku bagai kuda pacuan saat menggebu; sang penyuntuk.
302. Ada yang baca buku serupa kucing bermalas-malasan; si pelamun.
303. Ada yang baca buku seperti keledai tercambuk, ketika membaca sebagai obat jiwa.
304. Ada yang baca buku laksana angin sepoi-sepoi, saat membacanya sebagai teman setia.
305. Ia suntuk manakala doanya tak terjawab (terkabul), jika berlarut-larut menjelma kemarahan, kesadarannya ke dasar kehinaan.
306. Cat, kanvas, pena, kertas dan secangkir kopi mengatur komposisi.
307. Watak sederhana membentuk batin tentram diruapi kesejahteraan.
308. Kala timbul keraguan, keyakinan ditanam dalam-dalam lalu nalar menyetujui kembali.
309. Pupuklah kesabaran dengan kegiatan positif, nantinya peroleh kemenangan sejati.
310. Jika hidup itu penantian, maka matangkan dirimu sebelum dijemput masa.
311. Tenanglah, agar luapan hikmah dapat kau petik dari kedung kenangan.
312. Buah-buahan yang ditemukan kembara lebih bermakna tersendiri baginya.
313. Kenapa yang bijak sering terhempas dan terangkat kala dibutuhkan?
314. Berilah makan pada orang gila demi menghindari kegilaan pribadi.
315. Senangkanlah anak-anak kecil agar kau merasakan kebahagiaan.
316. Ketika merasa tidak menjadi apa-apa, ringanlah langkah setelahnya.
317. Pemabuk itu seperti orang sombong juga berkeadaan junub; hilangnya daya pikat dan tidak memiliki tameng.
318. Bercermin dan sisirlah rambutmu perlahan, kau kan temukan kilauan ketenangan.
319. Suara gerimis di tengah malam itu bisikan bidadari.
320. Hikmah memakai wewangian dapat menjaga pribadi, ketenangan serta wibawa.
321. Sederhanalah menggunakan wewangian, agar tak menjadi bahan gunjingan.
322. Berilah wewangian pada bebatuan mulia, agar mendapati kilauan pemikatan.
323. Salah satu cara menemukan makna hidup dengan berjalan berkilo-kilo meter.
324. Ruh bermuatan nyawa, sedang jiwa bermuatan rasa.
325. Batin bermuatan kehendak terdalam dan sukma berisi suara-suara dari dalam.
326. Yang merawat hati dan pikirannya terjaga dari kesesatan panjang.
327. Kajilah umurmu demi memerdekakan sesuatu, minimal membebaskan diri sendiri.
328. Jika tidak mampu, lepaskan seekor ikan lantas lihatlah bagaimana ia berenang.
329. Yang pernah diguncang keyakinannya tentu mengerti betapa manisnya iman.
330. Betapa sepi nan suwong ketika kalbu tanpa keimanan.
331. Yang menikmati dunia senantiasa kecanduan, yang mencecap madu akhirat berkecukupan.
332. Watak nerimo ing pandum (menerima apa adanya), akan mudah beradaptasi mempercepat laju.
333. Pengelana yang haus ilmu, cinta pengembaraan dengan membaca dan penelitiaan.
334. Perjumpaan melanggengkan ikatan sebab seirama batin, tentunya mencipta rindu.
335. Benarlah cahaya itu fokus pandangan yang menampilkan warna dan bentuk.
336. Dzikir sirri itu terindah; kata bidadari pemalu.
337. Kesalahan melahirkan sesal, tapi kenapa masih sering melalaikan (?).
338. Kembara yang membaca senantiasa tersenyum dan kecut memandangi diri.
339. Yang melakoni lelaku, banyaklah hikmah menaburi ubun-ubun (kepalanya).
340. Mata pemberani sanggup meredupkan matahari; kata pemuda.
341. Jaman edan memang, orang miskin sulit mencari teman.
342. Jaman edan memang, orang nekat banyak kawan.
343. Umpatan pelacur menjelma doa tak terelak, sehalilintarnya kalbu menyeret badai.
344. Secawuk teguk air perigi menguatkan kembara melalui keyakinannya.
345. Kembaralah agar menemukan dirimu lewat sahabat-sahabatmu.
346. Makna kembara itu menyadari hidup lebih cepat dari berdiam diri.
347. Kalau kau dermawan, tak kan ada mengharapkanmu terhinakan.
348. Pencari bebatuan mulia yang bimbang, sebab belum merasai dirinyalah istimewa.
349. Benarlah hidup itu ujian dan jalan tengah keseimbangan harusnya selalu dijaga.
350. Lidah keluh menyaksikan keagungan ilmu dan begitu sempit melihat dunia.
351. Yang mengagumi karya, tapi tidak berkarya ialah pembual.
352. Kerja melelahkan sebab ambisi dan tersadarkan setelah muntah.
353. Sungguh nikmat benar kalau bekerja itu wujud panggilan nurani.
354. Yang berpengalaman serupa batu menyimpan api dan air.
355. Pondasi hidup adalah rasa sakit (kesakitan).
356. Lupa itu sebentuk mengurangi waktu tahanan.
357. Orang cerewet itu hidupnya tak mau menerima takdirnya.
358. Penangkal kekhawatiran maupun was-was dengan membaca.
359. Bedakan semangat dengan ambisi.
360. Kemiskinan menyembunyikan harta paling berharga yakni tabah.
361. Bidadari menanti kucuran keringat petani yang kepanasan di ladang siang.
362. Aku menjaga jarak dengan orang yang susah memberi pemaafan sejauh pandangan.
363. Kegembiraan tak bisa menerbangkan, paling hanya melayang-layang.
364. Kesakitan melesatkan dirinya dari tempat duduk berpenuh keyakinan.
365. Ukurlah perjalanan mimpimu, kau kan yakin hidup bersangkut kubur.
366. Aku tidak kerasan di rumah orang kaya yang mengukur hartanya.
367. Aku tidak betah di kediaman orang alim yang mengukur kedalaman ilmunya.
368. Dengarkanlah nasehat-nasehat dan bersabarlah untuk menyetiai.
369. Berhati-hatilah membanggakan anak, sebab bisa menumbuhkan keangkuhan.
370. Waktu dan gerak sangat berpengaruh menentukan jalan hidup seseorang.
371. Yang berjiwa seni tinggi sanggup mengakui keindahan batin seseorang (orang lain).
372. Tidak ada kalimat yang tak bisa dipahami, kalau diterima terlebih dulu.
373. Tidakkah buah yang matang di pohonnya lebih nikmat daripada yang karbitan?
374. Bedakan cita-cita tinggi dengan keserakahan.
375. Sering-seringlah bermandi taubat, kau kan segar nan damai luar-dalam.
376. Aku kira orang yang pasrah senantiasa dibimbing dan terbimbing jalannya.
377. Ramai di kesunyian itu bising dan sunyi dalam keramaian itu kesepian.
378. Orang yang patut menjadi panutan yang berjiwa mapan.
379. Walau tanpa cahaya, pastikan dapat menentukan sesuatu, sebab kaulah cahayanya.
380. Nikmatilah kesunyianmu yang tersakiti hingga bermakna.
381. Benih kemarahan dari tergesa-gesa.
382. Yang tidak sabar, bersiap-siaplah menerima kegagalan.
383. Tanda orang yang cepat putus asa itu mudah tersinggung.
384. Murah hati dapat diukur dari keikhlasan dan hanya bisa ditimbang diri sendiri.
385. Temukan kata-kata baru setelah lupa.
386. Bersikap tegaslah untuk wibawa.
387. Bedakan ketegasan dengan garang.
388. Sayap-sayap terbakar mendekati unggun keyakinan.
389. Menghela napas panjang setelah menyaksikan karya besar, dan malu bercampur cemburu dibuatnya.
390. Tariklah lelapisan kesadaran, lantas tatalah dengan seunting kenangan.
391. Bulu-bulu sayap burung timur ditakdirkan sebagai pena-nya para penulis.
392. Dirinya berhutang banyak kepada kaum hawa atas karya-karya ciptaannya.
393. Setelah baca sejarah akan tersadar bahwa para utusan hadir tidaklah mudah.
394. Campuran warna, kata, waktu serta tempat, menambah bobot karya.
395. Keputusan terbaik lebih memukau daripada pebukitan emas seluruh.
396. Berkaryalah penuh sungguh nan senang, sebab hasilnya nyata dalam jiwa.
397. Manusia memiliki kalbu dan otak menakjubkan disaat-saat dibutuhkan.
398. Yang tidak mengerjakan hari ini, esok takkan terjadi dan sulit mencapai ketepatan.
399. Aku menyukai kebebasanmu yang sanggup menentukan pilihan bercita-cita.
400. Kadang diterima kesungguhan dengan ragu, lantas sambillalu menghampiri keyakinan.
401. Tidaklah mereka tahu ketika ia di antara dua pendapat, dua kemungkinan juga keduanya.
402. Yang tersembuhkan kamar hening ibarat burung mahal.
403. Yang diikuti seekor kekupu besar ialah tamu agung; kata teman.
404. Jiwa tidaklah sama dalam satu suasana, dikala memandangi perbebedaan.
405. Jiwa dan pemikiran sanggup mewujudkan bentuk-bentuk kemungkinan.
406. Kemungkinan yang terpecahkan seperti kerjanya bom atom.
407. Lihatlah sebelum-sebelumnya dan tanjaki cita-citamu hingga berbunga.
408. Bila hidup itu hutang pada nilai-nilai tertanam, bayarlah lewat berkarya.
409. Keluguan serta keraguan awal tak perlu dicampakkan.
410. Setiap kucuran keringat, buatlah menjelma tinta emas seluruh.
411. Terlalu cepat ambil putusan dipermukaan, yang sebenarnya bisa diselesaikan dalam ketenangan, akan ada penyesalnya.
412. Lebih baik berhasil meski beresiko tinggi, daripada tiada hasil beresiko rendah, tapi pada situasi besar tak sanggup bernafas.
413. Tiga tahun terlalu dini itu sepi dan tiga tahun terlambat ialah ompong.
414. Satu tahun yang tepat (akan) menguasai seabad, dan bila melampaui akan mensejarah.
415. Yang menilai kesabaran orang lain seperti dirinya ialah yang tak pernah belajar bersabar.
416. Jiwa tenang nan penuh penantian kan terjadi, dan yang meluber itu revolusi.
417. Melihat burung terbang mengimpikannya, ketika mengamati kepakannya, urunglah niatan.
418. Cermin mereka ada padaku yang tak lenyap lemparan batu, tak terhalang awan-gemawan.
419. Teka-teki hidup terjawab oleh para pemintal (kain untuk) pakaian.
420. Orang pintar membaca kebodohannya, sedang orang bodoh terjebak perbuatannya.
421. Kemanusiaan itu seluruh tubuh dan ketidakadilan menghilangkan bagian-bagiannya.
422. Bersyukurlah sebab diselamatkan dari kelupaan-kelupaan.
423. Hidupmu memasuki ruang mereka, akan nyata ruang-ruang itu sama kegunaannya.
424. Aturan-aturan itu seyogyanya dilampaui, ketika ketaatan identik dengan kesalahan.
425. Kesalahan terbesar lahir dari keraguan.
426. Para penemu tidak lama mendapati hukum ciptaannya, jika membaca mimpi-mimpinya.
427. Engkau lebih tahu bagaimana cara beristirahat bagi dirimu.
428. Karya yang belum terselesaikan ibarat hutang yang musti dibayar umur.
429. Karena persahabatan, ia sanggup bertahan hingga sekarang.
430. Persahabatan itu pohon berkembang, dedaun serta bebuahnya ialah hikmah atau petaka.
431. Cinta pemuda pada lawan jenis akan mengurangi banyaknya teman, meski tidak terlihat.
432. Persahabatan itu cangkokan pohon persaudaraan dan berbuah sesuai kodratnya.
433. Kembara yang tersesat membengkakkan biaya dan menghabiskan banyak masa.
434. Nalar menjangkau ke langit tidak menemu apa-apa selain tenaganya, itu pun sedikit.
435. Ia terbang meninggalkan bayangannya, menjauhi habisnya nafas-nafas karya.
436. Cintaku kepada karya, sebab mereka menganggap aku hidup jikalau berkarya.
437. Kalau tiada yang mengenal, lalu siapa yang sudi mendoakan aku.
438. Keberanian diri itu kunci untuk bisa walaupun kadang terpaksa.
439. Hidup itu bertenaga dan mencari tenaga baru demi harapan-harapannya.
440. Ilmu dan pengalaman membentuk gaya hidup seseorang.
441. Lebih baik waktu menunggu kita, daripada kita menantinya.
442. Jangan malu atas kegagalanmu, setelah menemukan kemenangan dalam kalbu.
443. Sketsa kebaikan berasal akal sehat, dan sketsa keburukan itu hasil perasaan kacau.
444. Yang memanjakan diri ialah budak jaman dan dirinya tidak memiliki nyanyian sejati.
445. Aku berharap masa depanku dipenuhi orang-orang menghargai kejujuran karya.
446. Aku memiliki jaman gemilang bersayap kebijakan; kata firasat hidupku.
447. Rencana tak mungkin terwujud meski berharap-harap cemas, tapi perbuatanlah yang kan mewujudkan.
448. Yang berkepribadian maju senantiasa sadar kekurangan lagi terus mencari dan mencoba teknik baru.
449. Segarkanlah nalar serta perasaan dengan menggubah keadaan juga meresapi jiwa alamnya.
450. Lebih baik terjatuh dari langit daripada jatuh dari pohon; kata pemberani.
451. Jika berpeluang dan ada pemberani memanfaatkannya, berarti ia mengambil untung dari mereka (yang di sekitarnya).
452. Bila hidup tiada mimpi, takkan ada ide cemerlang di muka bumi; kata pemimpi.
453. Prosesi impian-impian mencontoh mimpi; kata pemilik inisiatif.
454. Yang berhasil pengaruhi lingkungan, sebab tahu karakternya.
455. Mudah sekali pengaruhi lingkungan, karena mengerti kebutuhannya.
456. Seorang penakut menyebut dirinya telah dewasa, sedang yang berpengalaman tak menyebut apa-apa.
457. Kesegaran hidup ialah pencarian lebih baik dari prosesi sebelumnya.
458. Sakit di perjalanan manakala mengarungi keyakinan, akan mengukuhkan iman.
459. Keyakinan itu sesuatu yang ditancapkan dan kepercayaan sebagai fitrohnya.
460. Siapakah yang melaparkan dirinya sendiri demi impian ke tepi kenyataan?
461. Haus dan berlaparlah, kau akan menemukan daya revolusi yang sesungguhnya.
462. Laparlah sebelum dan saat mencipta karya, agar tiada pendarahan lebih kala melahirkannya.
463. Kegilaan tidak dianggap keanehan, bagi yang sering merasakan lapar.
464. Seorang pemuda jelmaan dewata, lantaran kehendak berkuasanya.
465. Ada kemungkinan mencapai purna; mati atau gila.
466. Yang mencapai batas nol kembali, menentukan kegilaan pun masih sulit.
467. Ada tempat begitu nol drajad, setiap gairah seolah terpatahkan alam.
468. Para revolusioner menata hidupnya sejak dini dan mencintai mimpi-mimpinya.
469. Wujud sempurnanya iblis ialah penjajahan sesama manusia.
470. Jiwa penulis tersembuhkan, setelah menaburkan kedamaian bagi kemanusiaan.
471. Perang tidak selamanya akibat, maka cobalah menciptakan sebab.
472. Sebab itu pokok daripada ide dan ide ialah bonggol (-salah satu) kehidupan.
473. Saya meragukan konsep demokrasi kalian, padahal saya sangat demokrat; kata pecundang.
474. Sesuatu yang mati dapat bangkit, sebab ada yang membangkitkan, dan permulaan gerak hayati berasal dari Sang Maha Faham akan ruh.
475. Seorang bocah yang selamat dari bencana, suatu saat akan menjadi pemimpin di antara mereka.
476. Gurunya seorang revolusioner harus menerima bantahan sang murid, meskipun keputusan itu kadang konyol.
477. Revolusi itu ibarat bocah yang tenggelam di kali (sungai) dan tak bisa berenang, maka merangkaklah ia ke tepi keselamatan.
478. Dalam segala hal kau terpukul, bila membalas dengan beban yang sama artinya penakut.
479. Keyakinan pemuda sering dianggap konyol, sebab tidak dilakukan para pendahulunya.
480. Nilai kecantikan sanggup menentukan gerak revolusi, bagai seteguk air di malam letih.
481. Revolusi yang wujudkan impian jadi kenyataan, hanyalah segelintir makna dari keberadaan-Nya.
482. Impian dan realita adalah dua jalan yang mampu menunjukkan cahaya kemuliaan.
483. Aku kagumi mereka yang dengan sesingkat umurnya sanggup pengaruhi peradaban.
484. Ada lebih agung dari sebuah ketenaran, yakni keabadian yang sering dunia pertanyakan.
485. Aku sering membunuh rasa kantuk, bila tak mau bermesraan terlebih dulu dengan lelah.
486. Mengorbankan waktu demi balas dendam, sesalnya tiada akhir.
487. Balas dendam hanya ada dalam kamusnya si mata satu, yakni kepicikan.
488. Lebih baik berkemauan walaupun belum bisa, daripada bisa tapi tak berkemauan.
489. Yang melemparkan kartu-kartu kecil dengan kesenangan, para pengamat akan sulit menerkanya.
490. Yang mengetahui kepribadian orang lain, mudah melemahkan sekaligus gampang memberi motivasi.
491. Lawanlah mimpi-mimpi burukmu, agar terbebas dari belenggu mitos-mitosmu.
492. Ketika waktu yang besar terlahir, terhempaslah kecengengan pecundang.
493. Revolusi bukan imbas dari luar, tapi dari dalam kawah diri kemanusiaan.
494. Dalam diri bangsa ada nyala menyengat sebagai pecahnya perang bintang.
495. Munculnya fajar senantiasa baru serupa matahari merevolusi dirinya.
496. Ketika lelah diteruskan. Di mana sandaran keamanan?
497. Penodong yang berpisau masa depan, lebih punya rasa malu akan makna tanggung jawab.
498. Peperangan itu salah satu bidang pengetahuan, yang seseorang bisa terpikat hingga mencintai.
499. Di saat dunia serasa penuh, berjangkitlah semangat kembali ke alam.
500. Dari peperangan berharap perubahan, laksana pepohonan jati lebat kembali (daun-daunya).
501. Dalam peperangan orang-orang merasa muda, inilah kejiwaan penyuntuk.
502. Revolusi sederas hujan lebat memecahkan tubuh kacanya pada bebatuan rindu.
503. Revolusi ibarat keris Gandring yang belum dilambari (disepuh, diasmak) kebajikan.
504. Revolusi itu sebuah karya belum selesai dan tak akan rampung.
505. Ruh revolusi berasal dari alam dan akan kembali pada hukum-hukum alam.
506. Gerak naik-turun memberat, jika masih membawa beban tubuh.
507. Melaju ke samping terasa ringan, sebab lemparan manusiawi.
508. Pesawat pengebom mengikuti gerak turun dan dipercepat gaya gravitasi.
509. Berebutlah terlebih dulu, sebab kedamaian semu tak ada harganya.
510. Tiada yang membeli kedamaian semu, kecuali para penakut yang duduk di kursi rapuh.
511. Tatanan negara menjadi kacau di tangan orang-orang yang baru belajar memerintah.
512. Alangkah merugi yang menuruti nafsu dengan mengesampingkan perasaan sejarah.
513. Awal peradaban manusia, ketika bertemu goa lalu memasukinya.
514. Gema dalam goa menjelma nyanyian, dan pemahatan dindingnya itu seni yang pertama.
515. Lantas orang-orang pendatang berfilsafat, dan tak jauh darinya, petapa menimba hening.
516. Buronan waktu berlarian, mengumpat dan sesenggukan dalam sekapan.
517. Ketika peradaban dunia ketiga bergerak, yang pertama dan kedua terkena efek.
518. Memberi efek itu gemuruh (ruh) kesadaran dari idealisme yang ditegakkan.
519. Hidup itu merugi, tidak melangkah lebih payah, sebab tak tahu namanya bangkrut.
520. Yang mabuk impian terbentur kenyataan, yang mabuk fakta terdampar di angan-angan.
521. Raja di atas singgasana, jemari tangannya berdekatan awan-gemawan.
522. Tiada peperangan tak ada perbudakan, dan para budak jelmaan raja-raja.
523. Jangan terlalu percaya pada dokter, bila telah hapal memahami diri sendiri.
524. Ramuan para tabib tiada apa-apanya, dibanding keyakinanmu menyunggui sembuh.
525. Sejarah terus berjalan, kau mengikuti atau diikuti, ataukah terhempas?
526. Mati ganas dalam hidup keras akan dikenang, dan semilir bayu berabadi.
527. Laksana legenda harum melati, kebenaran wangi dari kelopak-kelopaknya.
528. Sepasang semut mengagumi laut dan si bijak membawanya berlayar, tetapi semut itu menyesal.
529. Pengamen sebaiknya membuat pernyataan (nyanyian) bernada datar, bukannya riang.
530. Apabila berharap upah, para pengamen mustinya menembangkan kenangan.
531. Yang di lengannya ada jam tangan, begitu seringnya mengulur waktu.
532. Yang di rumahnya ada kalender, merasakan hidupnya masih lama.
533. Salah satu ciri orang mendapatkan hidayah-Nya, senantiasa ingat akan mati.
534. Seorang penulis produktif ibarat burung terbang yang tak pedulikan siapapun.
535. Yang sibuk berkeinginan tinggi, sapaan maupun kritik dianggapnya angin lalu.
536. Belajarlah menjadi sutradara sejak dini, dengan itu nyatakan hayalan-hayalanmu.
537. Ketakutan duniawi ada dalam pikiran, dan bukan di balik hati.
538. Para penjual itu menanti pembeli, setelah cukup berusaha.
539. Tirakatnya para penjual dengan modalnya.
540. Orang bodoh makanannya (melahap ilmunya) orang pintar, itulah makna yang seharusnya.
541. Jangan menjadi buih centang-perenang, tapi pilihlah siapa menitih buih akan aman badan ke seberang; ambillah kemungkinan terbaik.
542. Jangan lekas puas, sebab dunia terisi realitas serta mimpi hidup.
543. Yang hidup dianggap tiada, sebab kebodohannya.
544. Orang ceroboh juga terlalu berperasaan, tidaklah tenang hidupnya.
545. Rasa malu berlebihan dapat membuat tidak betah atau tidak kerasan.
546. Jangan bertanya kepada orang gusar, sebab kesadarannya separuh persen.
547. Berbohong pada satu permasalahan, cabang-cabangnya berbohong juga.
548. Aku dengar hidup itu perjalanan, maka aku berseru; berlarilah!
549. Batu sandungan terbaik berbentuk tajam meruncing melukai diri lagi membekas.
550. Enak-tidaknya makanan tergantung kunyahan pikir pada kesadaran lapar.
551. Keberuntungan sanggup kalahkan logika dan tak dapat dibeli.
552. Keberuntungan itu pertolongan tuhan yang tak disangka-sangka.
553. Keberuntungan yang tersangkakan dan ternyatakan ialah keimanan.
554. Yang tertipu rencana sesungguhnya, sebab hanya melihat kulitnya.
555. Rumusan cita-cita itu pernyataan logis dari panggilan nurani.
556. Walau bulan separuh rata, cahayanya tak kurang menerangi malam.
557. Cerecah burung melintas di sepinya malam, bertanda hujan meredah.
558. Melihat sosok lain menambah rindu pada bungamu, dan terlupakan mimpimu.
559. Langit berhujan deras mengajarkan tidak ragu atau cepat patah semangat.
560. Terimalah pendapat orang lain bersenyum hormat, tapi jangan lupa gagasanmu semula.
561. Kepercayaan mereka kepada kita ialah karya yang makin lama bertambah nilainya.
562. Mendung dan hujan itu keramat kehidupan, sedangkan petir berdekatan murka tuhan.
563. Hujan mengantarkan kelahiranku yang menggeraikan kesejukan; kata para penyaksi.
564. Aku cemburu kepada para penemu, dan aku berharap mereka iri akan kehidupanku.
565. Mundurlah selangkah bila sebab ajakan, lalu berlarilah secepat tidak terkirakan.
566. Gerak efektif-efisien seharusnya seirama kesadaran langkah juga nalar.
567. Belajar sungguh dan percaya diri ialah kegilaan kaum rasionalis.
568. Agama itu ruh, kebudayaan sifatnya, sedang lainnya pelengkap kehidupan.
569. Bila kebudayaan nyawanya waktu; berkaryalah, dan bumi memberi masa demi suara-suara.
570. Tuhan menurunkan kitab-kitab suci laksana embun di kalbu pagi.
571. Pengekangan nafsu itu puasa tertinggi dan pahalanya dirindu seribu kebajikan.
572. Kata orang-orang di pasar; pekerjaan dapat ditiru, tapi nasib tidak bisa. Apa jadinya kalau bisa?
573. Yang diuji keimanannya, ia sedang mempertaruhkan nilai-nilai luhur kemanusiaan.
574. Berpikir dan berdzikir, sedang perjalanan tercepat itu berserah diri kepada-Nya.
575. Kata “tidak” ialah penjara, dan kata “ya” penjelmaan dari perjuangan.
576. Sedangkan “ragu” atau “keraguan” itu sekawanan awan menunda hujan.
577. Ada perlambang sejajar dengan yang dilambangkan, ia memiliki kesamaan melodi ke muaranya, dan ada pula perlambang yang berkawin dengan yang dilambangkan.
578. Melegenda gairah tekadku, terhimpun satuan-satuan waktu bersekutu dengan nasibku; kata penggagas.
579. Puisi itu alunan lagu diam yang terbacakan dalam pembacaan.
580. Puisi itu tarian yang ditampilkan, jika terbaca di atas panggung.
581. Puisi, merupakan berita gembira yang tercipta dari kesakitan batin.
582. Puisi yang tertuang dalam ruang-waktu ganjil menjelma sesuatu yang agung.
583. Puisi tak dapat dilukiskan sebenarnya, jika berharap dimensi kesuciannya.
584. Namun bagaimana tahu puisi itu suci atau tidak, jikalau tak dilukiskan.
585. Puisi memasuki ruang tiga dimensi kehidupan sebagaimana dilahirkan pun terlahirkan;
586. Pertama, puisi merekam waktu lampau yang memuat hikmah serta kekinian.
587. Kedua, puisi merekam kejadian di sekitar penciptaan atau kekinian yang bertahan dalam usianya pun lebih.
588. Ketiga, puisi merekam masa kan datang serta berabadi sebab pertolongan Tuhan.
589. Lelangkah di tengah malam serasa cepat, sebab gravitasi bumi melentur berkabut.
590. Di siang hari mereka mencipta gravitasi masing-masing, hingga sesaklah oleh ribuan kaki melangkah.
591. Pengutil yang sulit terampuni ialah yang mengambil obat-obatan di rumah sakit.
592. Banyak orang berkata; uang tiada nilainya kalau sudah masuk rumah sakit.
593. Koruptor yang membelanjakan uang kotornya serupa menghabiskan kebahagiaannya.
594. Yang melihat dunia sebagai panggung gemerlap, pastilah sadar hanya sekejap.
595. Yang telah menghamburkan hawa nafsu, semestinya lebih cepat bertaubat.
596. Orang Barat berkata; Sebaiknya membangun pabrik roti dan biarkan mereka kelaparan di atas timbunan peluru.
597. Ketika menuju ujung timur, kau melihat matahari separuh air separuh api.
598. Hari-hari kelabu anak muda itu lebih dendam dari sebuah rencana besar.
599. Gerak kontinyu memercikkan energi dan nyalanya ke titik konsentrasi.
600. Rayuan atau propaganda memudahkan ide memasuki nalar dan kalbu, tanpa batas bangsa serta warna kulit.
601. Revolusioner keluar dari kesakitan membawa ajaran-ajaran pembebasan.
602. Seorang rasionalis berkata; yang paham akan keadaan ibarat tuhan.
603. Seorang seniman angkuh merasa bahwa tuhan sekadar teman sekutu.
604. Dalam diri insan ada sifat ketuhanan dan manusia itu tuhan sekejap; kata pelupa.
605. Kata orang di ujung ateis; bila tuhan masih ada, Ia punya rencana.
606. Janganlah resah sebab aku bukan belenggu, tidak kucuri apa yang kau miliki.
607. Ambillah apa yang menjadi dirimu dan harapanku tidak kurang dari itu.
608. Sebuah kata adalah perjuangan dan warna menjadikan nyawanya.
609. Bacalah kejiwaan penulisnya, jika inginkan lebih dari sekadar kutu buku.
610. Tubuh itu kayu bakar, nyala api jiwanya, abu-arang sebagai hasil sucinya.
611. Di saat berlalu lalang, lagu alam dilupakan dan bulan tergantung membosan.
612. Air mata cinta suburkan benih setia dan memperteguh langkah arungi keyakinan.
613. Lentik bebulu mata oleh tangis menajamkannya, dan kerling pemikatan mempertemukan rindu.
614. Aku mempermainkan yang hanya melihat bajuku, dan dia merasa bersalah kala aku tersenyum.
615. Tuhan tidak sudih melihat bayanganmu, apalagi tubuh badutmu; munafik.
616. Lebih baik berkawan orang giat yang gembel, daripada berteman mereka yang sok sibuk.
617. Sayang, ada yang menghinaku tetapi juga mengambil kata-kataku.
618. Bersikaplah keminter kepada yang pelit menularkan ilmunya.
619. Bersikaplah bodoh kepada yang pemurah mengalirkan ilmunya.
620. Ada yang lebih mulia, yakni merasakan dirinya seperti gelas kosong.
621. Ucapan selamat atau belas kasihan merupakan hutang; ini jadi merepotkan.
622. Samudera langit berbusa gemawan, menghempaskan gerimis ke muka bumi.
623. Janganlah larut memandangi gelombang awan, nanti terlena laksana di pantai.
624. Para penyair menghancurkan ataupun membangun generasinya dengan nalar melewati perasaan.
625. Pujangga menuangkan perasaan batiniahnya untuk direnungkan.
626. Kau tidak yakin ketika telanjang dan penuh mantap saat berbusana.
627. Benda terpandang hidup sebab melihatnya berpandangan hidup.
628. Benda terpandang mati bila melihatnya berpandangan kematian.
629. Yang lanjut usia merasa lamban dimasa mudanya, maka marilah kecangkan yang kendor tadi.
630. Ringankan beban kembaramu seperti berplesiran menyongsong fajar baru.
631. Mitos di belakang, sedangkan impian menghadang dan kini sejarahmu.
632. Jawaban yang benar belum tentu kebenarannya, olehnya perlu ketepatan.
633. Jangan jatuhkan cita-citamu sebelum ruh meninggalkan jasad.
634. Aku tidak sanggup berdiri lama tetapi mampu berjalan jauh.
635. Manusia banyak merahasiakan daripada yang terucap; kata petapa.
636. Ketika mencium ketidakberuntungan sebaiknya berdiam, nanti kan ada yang menyadarkanmu.
637. Sembuhkan rasa sakitnya, tetapi ia (-lebih) bahagia dengan duka sepinya.
638. Apakah jatah doaku yang dikabulkan habis? Lalu aku bertaubat setelah terjawab.
639. Jangan meremehkan waktu longgar, nanti kan terinjak olehnya.
640. Yang menjual kebohongan seperti memakan buah maja.
641. Yang tersenyum memandangi langit, itulah sang jujur angannya terlintas.
642. Ranumnya cabe merawat dendamnya, tapi ia masih punya hati tak mematikan rasa.
643. Kebodohan itu benturan tidak berdarah, tetapi benjolan di kepala membuat rasa malu.
644. Terimalah kata-kata dalam jiwa sebelum keringat kering menidurkan raga.
645. Hujan pertama jangan riang-riang, nanti malamnya bakal meriang.
646. Sebelumnya belum tersadari kalau kan kena bencana, musibah datang setelah disadari.
647. Dalam ruangan ada gema hampir putusasa; muntahkan serta pilihlah.
648. Air suci perisai yang terawat keikhlasan, bila (dan bisa) terkelupas oleh sifat riya.’
649. Kemapanan itu setelah melewati kesakitan bertubi-tubi.
650. Tiada musim panen berkarya sebenarnya, sebab semua tergantung jiwa.
651. Kayu yang belum berarang tersiram hujan bagaikan mimpi yang tertunda.
652. Ketentuan takdir seperti timbangan bisa terubah oleh keringat ataupun malas.
653. Ketentuan takdir terjelma di setiap atomnya detik oleh ucapan “ya” atau “tidak.”
654. Setiap gejala waktu terikat masa kan datang yang telah tertandakan.
655. Nostalgia menjadikan waktu keriput di pagi-pagi menciumi bau rumput.
656. Makna hayat ibarat mengambili reranting demi selogam uang di pasar.
657. Intelijen seperti pembantu berbisik ke telinga istriku, ketika beranjak tidur istriku membisik ke telingaku, lalu dalam dadaku ada misteri terselip di antara misteri.
658. Para pekerja tiang jembatan layang itu menimbang resapan air di dalam tanah.
659. Waktu meninggalkan pelena, ketika bersemangat digayuh masa, sedang deru jiwa sayapnya.
660. Habislah kata-kata dilampaui, adat dilangkahi, orang utama berserah diri.
661. Dunia tak hanya berupa kabut, sakit itu hidup dan lupa sebagaimana mati.
662. Yang menyapa berembun basah akan diterima dengan kesegaran jiwa.
663. Kau memberi waktu, kan dihadiahkan tempat bagimu.
664. Dalam lukisanmu ada ruh di ruang dadaku; kata pengamat.
665. Kasih mempersembahkan sekuntum lekuk tubuh di malam harum.
666. Oh tuhan, berilah hakikat kebimbangan agar terpastikan senyum perawan.
667. Setengah rata bulan di matamu menandai keterikatan dengan sang surya.
668. Perencanaan itu mengurai detak jantung disimpannya dalam tabung rencana.
669. Nyamuk mengintai pebukitan tubuh, demi hidup ia menyakiti.
670. Sepenggal cinta di detak jantung, sepenggal lainnya dibiarkan merana.
671. Gerak kecepatan kalbu jauh lebih lesat dari jangkauan nalar.
672. Ketika baca (buku) berilah tanda garis di bawah, jika kau anggap penting.
673. Catatan pinggir bukan mengotori, jika ditujukan demi penajaman arti.
674. Jangan menjadi penerima, tapi jadilah pemberi laksana gelombang.
675. Waktu adalah tetap dan tidak bergerak cepat, walau kau berlarian.
676. Seorang kutu buku tanpa kenangan musik ibarat putik tanpa angin.
677. Malam mematangkan buah-buahan yang bergelantungan di pepohon.
678. Lewati jalan kedamaian, nanti kan sampai lebih awal tanpa menunggu.
679. Akrabilah sekitarmu agar disapa yang tersembunyi dari dunia kelembutan.
680. Tiada keluh-kesah dalam pendakian malam dan sang surya lahir di kakinya.
681. Berjagalah di waktu malam agar jiwamu senantiasa terjaga.
682. Ribuan lintang menerangi malam walau tanpa sewajah bulan.
683. Jadilah bagian malam terpenting dan bagian siang yang menghujam.
684. Kerajaan malamlah yang kuasai fajar dan senja kehidupan; kata penyair.
685. Ketika rahimmu kuisi dengan nyanyian rindu, maka lahirlah rembulan.
686. Orang sibuk dapat dirayu, tapi keikhlasan tak mungkin tergoda.
687. Pakailah celak atau bercakaplah untuk mengurangi kantukmu.
688. Ada cahaya hikmah yang terambil, adapula yang jatuh laksana pulung.
689. Sikap bersyukur murah hati sanggup menolak bencana dan mampu melapangkan dada.
690. Bahagialah yang dapat memberi manfaat kehidupan orang lain.
691. Perasaan penyair lebih lembut dari hati seorang perawan.
692. Tangisan pejaka lebih berharga dari kehormatan perempuan.
693. Cahaya lenyap dipandang mereka, ketika kecepatannya lewat.
694. Menyadari banyaknya ruang-waktu serta mempersembahkan kesendirianmu.
695. Banyak yang kagumi butiran mutiara, tapi kenapa tak terpukau pencariannya?
696. Musik itu ruh yang melayang-layang dan sebuah lagu ialah ruh yang terbentuk.
697. Siapakah yang mengambil kata-kata tanpa gagasan itu?
698. Bertafakurlah serupa burung berkaca di atas telaga.
699. Membaca buku itu cat yang tak habis, kuas yang tak lelah menari.
700. Tak terelak sedikit demi sedikit berbukit-bukit, itulah pegunungan seribu.
701. Sugesti semacam mitos ialah unsur pembentuk pengetahuan.
702. Sugesti yang paling istimewa nan mulia ialah cinta.
703. Perasaan merupakan hasil gesekan ingatan serta pengalaman.
704. Ketika nyatanya telah sampai, seolah makna tak lagi diperlukan.
705. Cahaya matahari itu material, dan sinar bulan ialah spiritual.
706. Ingatannya adalah alamat yang dituju kembangkan.
707. Dunia bukanlah kebetulan, tapi saling tarik-menarik dan hindar-menghindari.
708. Perasaan takut, malu, harap dan kecemasan ada dalam cinta, betapa luas samudranya.
709. Bagaimana bisa terbang melebihi kenyataan, sedang sayapnya masih ada.
710. Ruh itu makna hayati yang dihidupi, atau sesuatu yang dimaknai dan memaknai.
711. Seekor burung belajar atas dedaunan, mendung serta anak-anak sungai, ia keturunan matahari dan rembulan.
712. Jikalau dikatakan nabi sebab menggubah syair-syinair, tentu wanitalah tuhannya.
713. Banyak penyair melantunkan keindahan, tapi tiada dimengerti oleh dirinya sendiri.
714. Siapa yang tega mengusik ketenangan telaga, tidaklah memberimu segalanya.
715. Kalau mempersempit waktu beribadah, masa-masamu dipersempit oleh-Nya.
716. Dua mata satu pandangan memberi pengajaran konsentrasi.
717. Ruhlah yang menebarkan abu memunculkan bara.
718. Jiwalah yang tenggelam dalam lautan asmara.
719. Tak ada kutukan, tetapi yang ada ketetapan.
720. Istirahlah setengah tidur, kau kan temukan alam antara maya dan nyata.
721. Teks itu batang besi memudahkan melihat getaran, setelah mendekati magnit pikiran.
722. Pengalaman tanpa direnungkan, hanyalah tong kosong menggolong.
723. Suatu kalimat renungan akan menjelma jutaan kemungkinan dan kenyataan.
724. Ketika waktu menetas, lahirlah instrumen suara melalui sayap-sayap malaikat.
725. Setiap kata itu doa dan tiap doa pasti didengar, maka berhati-hatilah menuliskan sesuatu; teguran dariku.
726. Karya itu penampakan, maka yang terbaik ambillah dan yang keliru campakkan.
727. Harapan mampu memperlambat penularan penyakit dan sebagai pertahanan ampuh.
728. Harapan itu jalan membahagiakan dan darinyalah ide kehidupan.
729. Bukan waktunya tidak nyambung, tapi penempatan ruangan yang tak tepat.
730. Untuk mengenali permulaan, seharusnya mencintai terlebih dulu.
731. Berhati-hatilah kalau mencari pendapatan dengan pendapatmu.
732. Perasaan sebagai pengetahuan pertama; kata pecinta.
733. Otak filsuf ibarat terpedo, sekali putar memberi efek ke rantai pemikiran.
734. Diri kita sering dipermainkan ide dan keyakinan sendiri; kata saudara.
735. Tiada di dunia ini keseragaman, yang ada keberagaman.
736. Allah kabulkan doamu, tidak berarti Dia pelayanmu dan kau rajanya.
737. Nalurilah yang menciptakan aliran-aliran serta madzab-madzab.
738. Jadilah penguasa yang tak menguasai, sebab belum tentu tulus diterima.
739. Kehendak berkuasa ialah kekuasaan itu sendiri.
740. Kehendak itu ruh kekuasaan.
741. Semua orang dikuasai, maka bahagialah yang dikuasai kebajikan.
742. Keajaiban dan mukjizat ialah ilmu pengetahuan, tapi dalam ilmu pengetahuan tak ada keajaiban atau yang dinamakan mukjizat.
743. Cepat perubahan suhu dalam tubuh oleh kesungguhan atau ragu.
744. Sifat filsuf meragukan sesuatu sebelum memasukkan ke dalam keyakinan nalarnya.
745. Bolak-baliknya hati insan dalam rencana sebagai tanda kuasa-Nya.
746. Kesan itu penerimaan yang melahirkan pesan.
747. Gagasan ialah prodak yang dihasilkan kenangan mengendarai imajinasi.
748. Imajinasi terlahir dengan seperangkat logika yang didramatisir.
749. Gagasan itu sesuatu yang telah melampaui, sedangkan imaji ialah yang sedang melampaui.
750. Kata “saat” menempati reruangan besar bernama waktu.
751. Di dalam kata “akan” tersimpan daya lebih untuk meneruskan.
752. Kata “sudah” itu penyelesaian imajiner, dan kata “telah” sebagai kesepakatan nyata.
753. Kata “jika” merupakan penarikan sedari jauh.
754. Kata “bila” ialah pengandaian yang berdasar.
755. Kata “kalau” sebagai pengandaian merayu.
756. Kata “andai” itu pengharapan berbeban perasaan malu.
757. Firasat itu semacam terkaan yang berasal dari pencerahan atau kebeningan batin insan.
758. Firasat melampaui logika bukannya berkendara imajinasi, tapi dibimbing cahaya keyakinan.
759. Firasat di atas mitos pada tahapan sebagai bapaknya pengetahuan.
760. Sihir itu penajaman tampakan dari halusinasi.
761. Halusinasi hadir, sebab lemahnya logika atas kuatnya daya imajinasi.
762. Kata “mandek” itu pemberhentian yang terpastikan atau teryakini akan janji ketenangan.
763. Imajinasi masih dalam kesadaran nalar, hanya ikatan rasionalitasnya sangat longgar.
764. Akal sehat tanpa perasaan itu kering, sedang perasaan tanpa akal sehat ialah buta.
765. Segala yang abstrak, absud serta maya, apabila diulang atau dipelajari-mendalam, akan menemukan hakikatnya. Jadi, segalanya yang tak mungkin itu mungkin.
766. Yang menjadikan tidak mungkin, karena kesadaran akan ketidakmungkinan.
767. Ada rancangan sistematis dalam otak manusia dan perasaanlah yang menghaluskannya.
768. Penipuan dalam penelitian sering muncul, sebab ketidakjujuran serta bodohnya pengamatan.
769. Maka kebodohan sama jenisnya dengan ketidakjujuran, hanya kerjanya yang berbeda.

***

Tinggalkan Balasan