Bagian 6: Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia


(kupasan kelima dari paragraf awal, lewat esainya Dr. Ignas Kleden)
Nurel Javissyarqi

Saya bayangkan kelas Dr. Ignas Kleden berdalih bahwa peleburan, pembelokan, perubahan atau perombakan dari ‘bebas’ ke ‘terobos,’ semacam mengikuti hukum situasional nan ditangkap daya indrawi. Seirama ungkapan filsuf yang berjiwa keragu-raguan kuat, John Langshaw Austin (1911-1960). Di sini saya menangkap pelahan demi mencapai temuan yang bukan sekadar main-main, pula tidak asal-asalan memenuhi halaman. Lanjutkan membaca “Bagian 6: Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia”

Bagian 5: Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia


(kupasan keempat dari paragraf awal, lewat esainya Dr. Ignas Kleden)
Nurel Javissyarqi

Awal paragraf tersebut masih ingin diudar, maka kali ini menyoal kata ‘dan’ yang ada di dalamnya.

Dalam percakapan sehari-hari, kita tidak lepas menggunakan ‘kata penghubung,’ seperti ruang kerjanya nafas dengan tubuh, sewaktu memakai panca indra sebagai kesaksian, alat perundang-undangan juga pelaksanaannya. Pun perihal lain yang bergelayut, semata air anak-anak sungai beserta alirannya, dedaun bergoyangan oleh tiupan bayu, rasa penasaran yang diberkati misteri. Para pencari ilmu bergandeng dengan kesuntukannya, kasih sayang disambut kerinduan dalam, lelaki bercampur bersama perempuan, wewarna saling mematangkan sulaman makna kehidupan. Lanjutkan membaca “Bagian 5: Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia”

Bagian 4: Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia


(kupasan ketiga dari paragraf awal, lewat esainya Dr. Ignas Kleden)
Nurel Javissyarqi

Jika pembaca ingin paragraf awal IK saya kupas mendekati ampas, bisa dibilang sebelumnya baru separuh kurang. Untuk mempercepat akan dibelah di tengah atas asas ketidakmungkinan, barangkali keisengan nekat. Sebagaimana watak insan yang kerap membenarkan kekeliruannya dengan topangan meyakinkan pada saksi serta lawan bicara. Lanjutkan membaca “Bagian 4: Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia”

Bagian 3: Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia


(kupasan kedua dari paragraf awal, lewat esainya Dr. Ignas Kleden)
Nurel Javissyarqi

Kata ‘upaya’ dan ‘percobaan’ pada pembuka esainya, menampakkan kesan memandang SCB sangat perlu dibuktikan atas perjuangannya. Lagi-lagi orang cerdas lihai dalam mengola tulisannya, sehingga bentukan kabur itu bisa sampai di mana pun letak titik yang dimaui masa-masa pemberhentiannya. Pembelejetan ini ingin tahu sejauh apa bersungguh mendukung Sutardji atau sebuah peringatan, ataukah penghinaan. Maka saya menelanjanginya dari berbagai sudut demi melihat kilauan pancarannya. Lanjutkan membaca “Bagian 3: Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia”