11 Fakta Mengenai Pramoedya Ananta Toer

Ary Cahya Utomo *
pelitaku.sabda.org

1. Pendidikan
Sebagai putra sulung tokoh Institut Boedi Oetomo, Pram kecil malah tidak begitu cemerlang dalam pelajaran di sekolahnya. Tiga kali tak naik kelas di Sekolah Dasar, membuat ayahnya menganggap dirinya sebagai anak bodoh. Akibatnya, setelah lulus Sekolah Dasar yang dijalaninya di bawah pengajaran keras ayahnya sendiri, sang ayah, Pak Mastoer, menolak mendaftarkannya ke MULO (setingkat SLTP). Lanjutkan membaca “11 Fakta Mengenai Pramoedya Ananta Toer”

Pramoedya Ananta Toer: Luruh dalam Ideologi

Katrin Bandel *

Pramoedya Ananta Toer mungkin merupakan sastrawan Indonesia yang paling banyak dibahas dan dikaji di luar Indonesia. Bahkan, selama karyanya dilarang beredar di Indonesia, hanya peneliti di luar negeri – baik orang asing maupun orang Indonesia yang bermukim di negara lain – yang bebas membahas karya Pramoedya. Salah satu hasil kajian tersebut kini hadir dalam terjemahan Indonesia, yaitu buku berjudul Pramoedya Ananta Toer: Luruh dalam Ideologi yang diterbitkan oleh Komunitas Bambu pada bulan Januari 2012. Lanjutkan membaca “Pramoedya Ananta Toer: Luruh dalam Ideologi”

Antara Ali Syariati dan Pram

Dudi Rustandi

Hampir tak dapat dipungkiri bahwa titik tolak pencerahan dan gelisah hidupku tak dapat dipisahkan dari pengaruh kedua tokoh yang berbeda secara geografis seperti disebut pada judul; Syariati dan Pram, kedua tokoh tersebut dapat dikatakan merupakan satu generasi walau berbeda tempat pijakan, ia sama-sama berada pada satu ruang yang sama dalam memperjuangkan bangsanya masing-masing; berjuang melalui tulisan. Lanjutkan membaca “Antara Ali Syariati dan Pram”

Surat Terbuka Pramoedya Ananta Toer kepada Keith Foulcher

Salam,

Surat 26 Februari 1985 saya terima kemarin, juga surat terbuka Achdiat K. Mihardja untuk teman-teman (sarjana) Australia yang dilampirkan. Terimakasih.

Lampiran itu memang mengagetkan, apalagi menyangkut-nyangkut diri saya, dan tetap dalam kesatuan semangat kaum manikebuis pada taraf sekarang: membela diri dan membela diri tanpa ada serangan sambil merintihkan kesakitannya masa lalu, yang sebenarnya lecet pun mereka tidak menderita sedikit pun. Total jendral dari semua yang dialami oleh kaum manikebuis dalam periode terganggu kesenangannya, belum lagi mengimbangi penganiayaan, penindasan, penghinaan, perampasan dan perampokan yang dialami oleh satu orang Pram. Setelah mereka berhasil ikut mendirikan rezim militer, dengan meminjam kata-kata dalam surat terbuka tsb.: Lanjutkan membaca “Surat Terbuka Pramoedya Ananta Toer kepada Keith Foulcher”