11 Fakta Mengenai Pramoedya Ananta Toer

Ary Cahya Utomo *
pelitaku.sabda.org

1. Pendidikan
Sebagai putra sulung tokoh Institut Boedi Oetomo, Pram kecil malah tidak begitu cemerlang dalam pelajaran di sekolahnya. Tiga kali tak naik kelas di Sekolah Dasar, membuat ayahnya menganggap dirinya sebagai anak bodoh. Akibatnya, setelah lulus Sekolah Dasar yang dijalaninya di bawah pengajaran keras ayahnya sendiri, sang ayah, Pak Mastoer, menolak mendaftarkannya ke MULO (setingkat SLTP). Lanjutkan membaca “11 Fakta Mengenai Pramoedya Ananta Toer”

Surat Terbuka Pramoedya Ananta Toer kepada Keith Foulcher

Salam,

Surat 26 Februari 1985 saya terima kemarin, juga surat terbuka Achdiat K. Mihardja untuk teman-teman (sarjana) Australia yang dilampirkan. Terimakasih.

Lampiran itu memang mengagetkan, apalagi menyangkut-nyangkut diri saya, dan tetap dalam kesatuan semangat kaum manikebuis pada taraf sekarang: membela diri dan membela diri tanpa ada serangan sambil merintihkan kesakitannya masa lalu, yang sebenarnya lecet pun mereka tidak menderita sedikit pun. Total jendral dari semua yang dialami oleh kaum manikebuis dalam periode terganggu kesenangannya, belum lagi mengimbangi penganiayaan, penindasan, penghinaan, perampasan dan perampokan yang dialami oleh satu orang Pram. Setelah mereka berhasil ikut mendirikan rezim militer, dengan meminjam kata-kata dalam surat terbuka tsb.: Lanjutkan membaca “Surat Terbuka Pramoedya Ananta Toer kepada Keith Foulcher”

Sebuah Jendela di Senja Hidup Pramoedya Ananta Toer

Farid Gaban, Nurur Rokhmah Bintari, Dewi Rina Cahyani
majalah.tempointeraktif.com

Penampilannya bersahaja—terlalu bersahaja. Namun, ada yang sedikit aneh: dia tak memakai sandal seperti yang selalu dipakainya bertahun-tahun. Tentu saja, selain sebuah mesin ketik yang erat ditentengnya, dalam perjalanannya menuju New York awal April lalu itu. Mesin ketik mengisyaratkan anakronisme, New York adalah paradoks. Dan ada satu pertanyaan menggoda: tidakkah Pramoedya Ananta Toer—seperti tokoh dalam novel fiksi-sains klasik karangan H.G. Wells—merasa terlontar oleh mesin waktu ke dunia yang sama sekali berbeda? Lanjutkan membaca “Sebuah Jendela di Senja Hidup Pramoedya Ananta Toer”

Pramoedya Ananta Toer, Perahu yang Setia dalam Badai

: Membicarakan Plus Minus Pramoedya

Arwan Tuti Artha
kr.co.id

BUKU ini rasanya tidak terlalu istimewa, jika hanya membicarakan soal Pramoedya Ananta Toer. Apalagi, isinya berbagai kumpulan tulisan yang sebelumnya sudah dimuat media massa dan nyaris tak ada yang baru. Judulnya pun tidak simpel. Panjang dan penuh penjelasan. Pram misalnya diibaratkan sebagai perahu yang setia dalam badai. Toh, masih harus dijelaskan lagi sebagai serba-serbi tentang Pram. Tetapi, sebagai buku referensi yang membicarakan plus dan minusnya Pram, tak bisa dianggap enteng upaya yang dilakukan Penerbit Bukulaela ini. Lanjutkan membaca “Pramoedya Ananta Toer, Perahu yang Setia dalam Badai”