KRITIK

Jakob Sumardjo

Kata kritik bagi kita mempunyai konotasi tidak menyenangkan. Orang tidak senang dinilai oleh orang lain. Akan tetapi, orang senang melihat orang lain menilai orang lain. Jadi, kritik itu hanya mengasyikkan sebagai ‘tontonan’.

Kritik memang tradisi baru dalam masyarakat Indonesia. Istilah kritik sendiri jelas tak ada padanannya dalam bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Lanjutkan membaca “KRITIK”

Menunggu Seharian

Karya: Ernest Hemingway
Penerjemah: Rambuana *

Ia masuk ke dalam kamar untuk menutup jendela, saat kami masih di tempat tidur dan kulihat ia tampak sakit. Ia menggigil, wajahnya pasi, dan ia berjalan pelan seakan linu, meski hanya untuk bergerak.

“Ada apa, Schaltz?”

“Aku sakit kepala.”

“Sebaiknya kamu kembali tidur.”

“Tidak. Aku tidak apa-apa.” Lanjutkan membaca “Menunggu Seharian”

11 Fakta Mengenai Pramoedya Ananta Toer

Ary Cahya Utomo *
pelitaku.sabda.org

1. Pendidikan
Sebagai putra sulung tokoh Institut Boedi Oetomo, Pram kecil malah tidak begitu cemerlang dalam pelajaran di sekolahnya. Tiga kali tak naik kelas di Sekolah Dasar, membuat ayahnya menganggap dirinya sebagai anak bodoh. Akibatnya, setelah lulus Sekolah Dasar yang dijalaninya di bawah pengajaran keras ayahnya sendiri, sang ayah, Pak Mastoer, menolak mendaftarkannya ke MULO (setingkat SLTP). Lanjutkan membaca “11 Fakta Mengenai Pramoedya Ananta Toer”

Pramoedya Ananta Toer: Luruh dalam Ideologi

Katrin Bandel *

Pramoedya Ananta Toer mungkin merupakan sastrawan Indonesia yang paling banyak dibahas dan dikaji di luar Indonesia. Bahkan, selama karyanya dilarang beredar di Indonesia, hanya peneliti di luar negeri – baik orang asing maupun orang Indonesia yang bermukim di negara lain – yang bebas membahas karya Pramoedya. Salah satu hasil kajian tersebut kini hadir dalam terjemahan Indonesia, yaitu buku berjudul Pramoedya Ananta Toer: Luruh dalam Ideologi yang diterbitkan oleh Komunitas Bambu pada bulan Januari 2012. Lanjutkan membaca “Pramoedya Ananta Toer: Luruh dalam Ideologi”