(kupasan pertama dari paragraf tiga dan empat, lewat esainya Dr. Ignas Kleden)
Nurel Javissyarqi
“Esai-esai (godaan subyektivitas) Ignas Kleden semacam obrolan menggurui, nadanya bertele-tele dengan tempo lamban, musik orang mapan seperti lagu kenangan yang nglokro, ini cocok bagi pemalas atau para pensiunan, dan bukan sejenis irama keroncong atau musik klasik yang meski pelan berjiwa keterlibatan. Di sana IK berjarak, demi memperoleh pandangan obyektif, maka yang terjadi pada tulisan-tulisannya semi ilmiah. Mungkin hanya satu yang saya suka, yakni yang sedang terkupas kini agak lain dari kebiasaannya bercuap-cuap.” Lanjutkan membaca “Bagian 15: Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia”