Sebuah Jendela di Senja Hidup Pramoedya Ananta Toer

Farid Gaban, Nurur Rokhmah Bintari, Dewi Rina Cahyani
majalah.tempointeraktif.com

Penampilannya bersahaja—terlalu bersahaja. Namun, ada yang sedikit aneh: dia tak memakai sandal seperti yang selalu dipakainya bertahun-tahun. Tentu saja, selain sebuah mesin ketik yang erat ditentengnya, dalam perjalanannya menuju New York awal April lalu itu. Mesin ketik mengisyaratkan anakronisme, New York adalah paradoks. Dan ada satu pertanyaan menggoda: tidakkah Pramoedya Ananta Toer—seperti tokoh dalam novel fiksi-sains klasik karangan H.G. Wells—merasa terlontar oleh mesin waktu ke dunia yang sama sekali berbeda? Lanjutkan membaca “Sebuah Jendela di Senja Hidup Pramoedya Ananta Toer”

Pramoedya Ananta Toer, Perahu yang Setia dalam Badai

: Membicarakan Plus Minus Pramoedya

Arwan Tuti Artha
kr.co.id

BUKU ini rasanya tidak terlalu istimewa, jika hanya membicarakan soal Pramoedya Ananta Toer. Apalagi, isinya berbagai kumpulan tulisan yang sebelumnya sudah dimuat media massa dan nyaris tak ada yang baru. Judulnya pun tidak simpel. Panjang dan penuh penjelasan. Pram misalnya diibaratkan sebagai perahu yang setia dalam badai. Toh, masih harus dijelaskan lagi sebagai serba-serbi tentang Pram. Tetapi, sebagai buku referensi yang membicarakan plus dan minusnya Pram, tak bisa dianggap enteng upaya yang dilakukan Penerbit Bukulaela ini. Lanjutkan membaca “Pramoedya Ananta Toer, Perahu yang Setia dalam Badai”

Tinggalkan Bumi Manusia

Gunawan Budi Susanto
Suara Merdeka.com, 1 Mei 2006

INNA lillahi wa inna ilaihi rajiun. Pramoedya Ananta Toer tak pernah menyerah di bawah kepongahan dan kebebalan (kekuasaan) manusia. Namun kini, mau tak mau, dia harus menyerah di bawah kuasa ilahi.

Ya, Minggu (30/4) kemarin pukul 08.30, dia mengembuskan napas terakhir dalam rengkuhan keluarga tercinta. Kini Pram telah pergi, meninggalkan bumi manusia. Lanjutkan membaca “Tinggalkan Bumi Manusia”