Pendidikan; Prospek Pembentuk Karakter Budaya *

Nurel Javissyarqi

Bismillahirrohmanirrohim. Sebelumnya maaf pengantarnya panjang, lantaran menyesuaikan tema yang telah tertandakan. Anggaplah sebagai musababnya materi yang kan tersampaikan atau asbabul wurud-nya demi mendapati pijakan realitas pada kata-kata yang ter-wedar-kan. Kebetulan saya tengah hijrah di bumi Reog, memang tidak jauh dari tanah kelahiran yang kini terpijak, ibunda pertiwi jiwa-raga ini. Bagaimana pun keadaan hijrah tidaklah menyenangkan, ada rindu seolah para muhajir kepada tanah suci atau anak yang mendamba surga di bawah telapak kaki ibu. Lanjutkan membaca “Pendidikan; Prospek Pembentuk Karakter Budaya *”

Bagian 25: Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia


(kupasan ke empat dari paragraf lima dan enam, lewat esainya Dr. Ignas Kleden)
Nurel Javissyarqi

I
Taufiq Ismail: “Enak jadi penyair daripada yang lain.”

A Mustofa Bisri: “Enaknya gimana?”

Taufiq Ismail: “Kalau orang baca syair sampean keliru, misalnya. Yang disalahkan ndak sampean, yang disalahkan dirinya sendiri.”

A Mustofa Bisri: “Wah saya ndak paham ini, terlalu tinggi.”

(Ceramah Gus Mus pada acara Haflah Seni dan Budaya dalam Peringatan Tahun Baru Islam 1428 H di Pekalongan). Lanjutkan membaca “Bagian 25: Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia”

Bagian 24 (VII): Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia

Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole, 2013
Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole, 2013

(kupasan ke tiga dari paragraf lima dan enam, lewat esainya Dr. Ignas Kleden)
Nurel Javissyarqi

Dialog Imajiner Mohammad Yamin tentang “Deklarasi Hari Puisi Indonesia.” (I-VII)

VII
Bung Karno sendiri menganggap Sumpah Pemuda 1928 bermakna revolusioner: satu negara kesatuan dari Sabang sampai Merauke, masyarakat adil dan makmur, dan persahabatan antar bangsa yang abadi. “Jangan mewarisi abu Sumpah Pemuda, tapi warisilah api Sumpah Pemuda. Kalau sekadar mewarisi abu, saudara-saudara akan puas dengan Indonesia yang sekarang sudah satu bahasa, bangsa, dan tanah air. Tapi ini bukan tujuan akhir,” kata Soekarno dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-35 di Istana Olahraga Senayan, Jakarta 28 Oktober 1963. (Rudi Hartono, “Sejarah Kongres Pemuda dan Sumpah Pemuda,” berdikarionline.com 20 Mei 2011). Lanjutkan membaca “Bagian 24 (VII): Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia”