Bagian 7: Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia


(kupasan keenam dari paragraf awal, lewat esainya Dr. Ignas Kleden)
Nurel Javissyarqi

Bagian ini menuntaskan tulisan-tulisan sebelumnya mengenai paragraf awal IK, serupa balutan muakhir demi pijakan lanjut. Saya mulai dengan sedikitnya ‘merevisi’ pandangan kritikus Maman S Mahayana di bukunya “9 Jawaban Sastra Indonesia” sebuah orientasi kritis, terbitan Bening Publishing, cetakan tahun 2005, Bagian IV: “Sarana Pendekatan Sastra,” dahan ke 8 yang berjudul “Sastra dan Filsafat,” halaman 343. Di bawah ini terambil dua paragraf pembukanya, bagi pondasi langkah ke muka. Yang disesuaikan dengan keimanan sorot mata saya dalam berproses kreatif, yang berangkat dari buah keyakinan setelah membaca ke belakang, untuk memperoleh kepurnaan sepadu-padan kehidupan. Lanjutkan membaca “Bagian 7: Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia”

Bagian 6: Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia


(kupasan kelima dari paragraf awal, lewat esainya Dr. Ignas Kleden)
Nurel Javissyarqi

Saya bayangkan kelas Dr. Ignas Kleden berdalih bahwa peleburan, pembelokan, perubahan atau perombakan dari ‘bebas’ ke ‘terobos,’ semacam mengikuti hukum situasional nan ditangkap daya indrawi. Seirama ungkapan filsuf yang berjiwa keragu-raguan kuat, John Langshaw Austin (1911-1960). Di sini saya menangkap pelahan demi mencapai temuan yang bukan sekadar main-main, pula tidak asal-asalan memenuhi halaman. Lanjutkan membaca “Bagian 6: Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia”

Bagian 5: Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia


(kupasan keempat dari paragraf awal, lewat esainya Dr. Ignas Kleden)
Nurel Javissyarqi

Awal paragraf tersebut masih ingin diudar, maka kali ini menyoal kata ‘dan’ yang ada di dalamnya.

Dalam percakapan sehari-hari, kita tidak lepas menggunakan ‘kata penghubung,’ seperti ruang kerjanya nafas dengan tubuh, sewaktu memakai panca indra sebagai kesaksian, alat perundang-undangan juga pelaksanaannya. Pun perihal lain yang bergelayut, semata air anak-anak sungai beserta alirannya, dedaun bergoyangan oleh tiupan bayu, rasa penasaran yang diberkati misteri. Para pencari ilmu bergandeng dengan kesuntukannya, kasih sayang disambut kerinduan dalam, lelaki bercampur bersama perempuan, wewarna saling mematangkan sulaman makna kehidupan. Lanjutkan membaca “Bagian 5: Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia”

Bagian 4: Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia


(kupasan ketiga dari paragraf awal, lewat esainya Dr. Ignas Kleden)
Nurel Javissyarqi

Jika pembaca ingin paragraf awal IK saya kupas mendekati ampas, bisa dibilang sebelumnya baru separuh kurang. Untuk mempercepat akan dibelah di tengah atas asas ketidakmungkinan, barangkali keisengan nekat. Sebagaimana watak insan yang kerap membenarkan kekeliruannya dengan topangan meyakinkan pada saksi serta lawan bicara. Lanjutkan membaca “Bagian 4: Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia”