Meneladani Strategi Dakwah Wali Songo

Muhyiddin
Republika, 09 Nov 2019

Dakwah Wali Songo menjadi inspirasi syiar Islam hingga detik ini

Penyebaran Islam di Nusantara tidak terlepas dari peran Wali Songo, sembilan tokoh penyebar Islam yang dakwahnya bisa memikat hati masyarakat Indonesia. Fakta sejarah menunjukkan bahwa setelah dakwah Islam dijalankan Wali Songo, Islam berkembang sangat pesat di kalangan pribumi.

Buku berjudul Atlas Wali Songo ini menyajikan berbagai strategi dakwah yang dilakukan Wali Songo dalam menyebarkan Islam di nusantara. Buku ini merupakan buku pertama yang mengungkap Wali Songo sebagai fakta sejarah. Karya Agus Sunyoto ini berusaha menjawab keraguan banyak orang mengenai kebenaran adanya Wali Songo di nusantara.

Dalam pengantaranya di buku ini, Prof KH Said Aqil Siraj mengatakan, para wali telah merumuskan strategi dakwah atau strategi kebudayaan secara lebih sistematis, terutama bagaimana menghadapi kebudayaan Jawa dan nusantara pada umumnya yang sudah sangat tua, kuat, dan mapan.

Menurut dia, para wali memiliki metode dakwah yang sangat bijak. Mereka memperkenalkan Islam tidak serta merta, tidak ada cara instan, sehingga Wali Songo merumuskan strategi jangka panjang. Tidak masalah bagi mereka jika harus mengenalkan Islam pada anak-anak karena mereka merupakan masa depan bangsa.

Kiai Said mengungkapkan, strategi para wali dalam mengembangkan ajaran Islam di bumi nusantara dimulai dengan beberapa langkah strategis. Pertama, tadrij (bertahap). Misalnya, ketika pribumi meminum tuak atau makan daging babi, secara bertahap para wali akan meluruskan perilaku mereka tersebut sesuai dengan ajaran Islam.

Kedua, adamul haraj (tidak menyakiti). Menurut Kiai Said, dengan cara ini para wali membawa Islam tidak dengan mengusik tradisi mereka, bahkan tidak mengusik agama dan kepercayaan mereka, tapi memperkuatnya dengan cara yang Islami.

Para wali sadar betul bahwa kenusantaraan yang multietnis, multibudaya, dan multibahasa ini bagi mereka adalah anugerah Allah yang tiada tara, kata Kiai Said. Ajaran dan strategi dakwah para Wali Songo tersebut bisa teladani dan dikembangkan oleh para pendakwah saat ini sesuai dengan konteks zaman. Buku ini merupakan sumber referensi yang penting untuk dibaca oleh para mubaligh, bahkan oleh para akademisi, budayawan, dan aktivis sosial.

Agus Sunyoto dalam buku ini menjelaskan, gerakan dakwah Wali Songo merujuk pada usaha-usaha penyampaian dakwah Islam melalui cara-cara damai, terutama melalui prinsip mawidzatul hasanah wa mujadalah billati hiya ahsan, yaitu metode penyampaian ajaran Islam melalui cara dan tutur bahasa yang baik. Pada masa itu, ajaran Islam dikemas oleh para ulama sebagai ajaran yang sederhana dan dikaitkan dengan pemahaman masyarakat setempat. Mereka mmebumikan Islam se suai adat budaya dan kepercayaan penduduk setempat lewat proses asimilasi dan sinkretisasi.

Menurut penulis, pelaksanaan dakwah dengan cara ini memang membutuhkan waktu lama, tetapi berlangsung secara damai. Menurut Thomas W Arnold dalam The Preaching of Islam, tumbuh dan berkembangnya agama Islam secara damai ini lebih banyak merupakan hasil usaha para mubaligh dibandingkan dengan hasil usaha para pemimpin negara.

Upaya penghapusan jejak para wali

Sebagaimana yang ditulis Agus Sunyoto dalam buku ini, sejarah penyebaran agama Islam di Indonesia berusaha dipelintir oleh oknum tertentu untuk menghilangkan jejak para Wali Songo. Salah satu buktinya adalah tidak dicantumkannya perihal Wali Songo di dalam buku Ensiklopedia Islamyang diterbitkan Ikhtiar Baru Van Hoeve.

Menurut penulis, penghapusan Wali Songo dari tokoh-tokoh penyebar Islam di nusantara itu tidak bisa ditafsirkan lain kecuali merupakan usaha-usaha sistematis dari golongan minoritas yang memiliki akidah dan ideologi Wahabi untuk membasmi paham Ahlusunnah waljamaah (Aswaja). Karena itu, penulis terjun ke lapangan untuk meneliti sejarah dakwah Islam Wali Songo.

Dalam buku ini, Agus Sunyoto menjelas kan dengan sangat detail bagaimana agama Islam disebarkan dengan cara yang amat sangat rapi, terstruktur, sistematis, mera suk ke dalam budaya masyarakat nusantara yang saat itu dikenal memiliki karakter yang cenderung kaku.

Buku ini tidak serta merta langsung membahas mengenai Wali Songo. Di awal bab buku ini, penulis terlebih dahulu membahas secara detail kondisi geografis nusantara saat itu, kondisi penduduk kuno kepulauan nusantara, dan asal muasal nenek moyang penduduk nusantara.

Hal itu penting diketahui untuk menjawab pertanyaan mengapa para penyebar aga ma Islam saat itu harus menyusun strategi khusus. Karena itu, dalam buku ini penulis juga membahas secara lengkap kondisi pen duduk nusantara sebelum memeluk agama Hindu, Budha, dan Islam.

Selain itu, pada bab awal buku ini penulis juga membahas kondisi budaya dan agama kepercayaan saat itu. Setelah itu, barulah penulis membahas dengan detail bagaimana Islam masuk ke nusantara sejak pertengahan abad ke-7 Masehi. Dalam bab ini, penulis memaparkan dakwah Islam Pra Wali Songo secara sistematis.

Menurut Agus Sunyoto, secara umum dapat dikatakan bahwa proses masuknya Islam ke Nusantara yang ditandai awal hadirnya pedagang Arab dan Persia abad ke-7 Masehi, terbukti mengalami kendala sampai masuk pada pertengahan abad ke- 15. Karena, dalam rentan waktu delapan abad itu agama Islam belum dianut secara luas oleh penduduk nusantara.

Para pertengahan abad ke-15, yaitu era dakwah Islam yang dipelopori oleh Wali Songo, baru kemudian Islam dengan cepat diserap oleh penduduk pribumi. Data sejarah pada era ini kebanyakan berasal dari sum ber-sumber historiografi dan cerita tutur.

Kemudian, pada bab ketiga buku ini, penulis membahas kondisi kerajaan nusantara terbesar pada masa itu, yaitu Maja pahit. Di bab ini, Agus Sunyoto mengupas tentang kemunduran Majapahit dan per kembangan dakwah Islam sebelum era Wali Songo.

Sri Prabu Kertawijaya dikenal sebagai Maharaja Majapahit pertama yang menaruh perhatian besar kepada perkembangan agama Islam. Hal itu terjadi karena selain ia memiliki kawan-kawan dan kerabat serta pembantu-pembantu beragama Islam, dua orang istrinya yang berasal dari Champa dan Cina juga merupakan seorang Musli mah.

Setelah agama Islam mulai tersebar, banyak pejabat kerajaan Majapahit yang sudah memeluk agama Islam. Pilihan mereka itu tidak dilarang oleh kerajaan, justru mereka diberi daerah kekuasaan tersendiri.Kebijakan inilah yang akhirnya menjadi bumerang bagi Majapahit.

Bab keempat hingga bab keenam, baru kemudian penulis membahas dengan lengkap bagaimana para Wali Songo menyebarkan ajaran agama Islam, hingga berhasil mengislamkan penduduk nusantara. Berbagai metode dakwah para wali dibahas dengan lengkap, termasuk melalui jalur politik, pendidikan, budaya, hingga pernikahan.

Karakter masing-masing wali dan cara mereka menyebarkan ajaran Islam dibahas mendetail di masing-masing subbab. Tak hanya itu, buku ini juga mengungkap bagaimana asal-usul, nasab, serta gerakan dakwah masing-masing para tokoh Wali Songo.

Selain itu, pada bab akhir buku ini penulis juga mengungkapkan bahwa pola pendidikan pesantren merupakan hasil asimilasi budaya pendidikan Hindu-Buddha dengan Islam. Barangkali ini juga menjadi salah satu fakta sejarah yang bisa membuka mata para pembaca.
Secara umum, buku ini sangat layak dibaca oleh masyarakat Muslim Indonesia. Detail sejarah yang disajikan Agus Sunyoto sangat lengkap. Karena itu, mungkin banyak buku-buku sejarah yang harus direvisi karena buku Atlas Wali Songoini banyak mengungkap fakta baru .

Buku ini sangat cocok untuk dibaca siapa pun yang menyukai sejarah, khususnya terkait dengan sejarah perkembangan Is lam di nusantara. Dengan membaca buku ini ini, para pembaca akan menemukan fakta-fakta baru yang menarik dalam sejarah perkembangan Islam.


Judul : Atlas Wali Songo
Penulis: Agus Sunyoto
Penebit : Pustaka IIMaN, Trnas Pustaka, dan LTN PBNU
Tahun Terbit: Cetakan I, Juni 2012
Tebal: 406 halaman

***

Tinggalkan Balasan