Bagian 24 (V): Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia

Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole, 2013
Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole, 2013

(kupasan ke tiga dari paragraf lima dan enam, lewat esainya Dr. Ignas Kleden)
Nurel Javissyarqi

Dialog Imajiner Mohammad Yamin tentang “Deklarasi Hari Puisi Indonesia.” (I-VII)

V
Nurel: “Pak Yamin, Bapak Ki Hadjar Dewantara pengen nimbrung.”

Yamin: “O… Mas Dewantara, dipersilahkan masuk, Nurel.”

Nurel: “Ya Bapak” (Selanjutnya mereka berdua ngobrol dan saya membuka Laptop).

Dewantara: “Assalamualaikum”

Yamin: “Waalaikumsalam” Lanjutkan membaca “Bagian 24 (V): Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia”

Bagian 24 (IV): Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia

Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole, 2013
Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole, 2013

(kupasan ke tiga dari paragraf lima dan enam, lewat esainya Dr. Ignas Kleden)
Nurel Javissyarqi

Dialog Imajiner Mohammad Yamin tentang “Deklarasi Hari Puisi Indonesia.” (I-VII)

IV
Yamin: “Sebelum berlarut, ambilkan pengertian Sumpah Palapa lebih dulu di Wikipedia.”

Nurel: “Ya Bapak. Sumpah Palapa ialah suatu pernyataan atau sumpah, yang dikemukakan Gajah Mada pada upacara pengangkatannya menjadi Patih Amangkubhumi Majapahit, 1258 Saka (1336 M). Sumpah ini ditemukan pada teks Jawa Pertengahan Pararaton yang berbunyi: “Sira Gajah Mada Patih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa.” Terjemahannya, “Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seran, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa.” Lanjutkan membaca “Bagian 24 (IV): Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia”

Bagian 24 (III): Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia

Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole, 2013
Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole, 2013

(kupasan ke tiga dari paragraf lima dan enam, lewat esainya Dr. Ignas Kleden)
Nurel Javissyarqi

Dialog Imajiner Mohammad Yamin tentang “Deklarasi Hari Puisi Indonesia.” (I-VII)

III
Yamin: “Kenapa tidak ambil data dari karya-karyaku, Nurel?”

Nurel: “Buku-buku Bapak berada di Lamongan, sedang saya kini di Ponorogo. Ya semoga sebelum catatan ini rampung, bisa pulang dulu ke kampung halaman.”

Yamin: “Kelanjutan daripada ini apa?”

Nurel: “Saya lagi memikirkannya Pak, tepatnya memilih beberapa kemungkinan.” Dan…
*** Lanjutkan membaca “Bagian 24 (III): Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia”

Bagian 24 (II): Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia

Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole, 2013
Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole, 2013

(kupasan ke tiga dari paragraf lima dan enam, lewat esainya Dr. Ignas Kleden)
Nurel Javissyarqi

Dialog Imajiner Mohammad Yamin tentang “Deklarasi Hari Puisi Indonesia.” (I-VII)

II
Di bawah ini saya gunakan beberapa pendekatan, ada dongengan bagi yang suka cerita, serta jalur lain. Terpenting tidak lepas dari harapan M. Yamin, yakni lima faktor yang memperteguh ikatan persatuan; sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan dan kemauan. Lanjutkan membaca “Bagian 24 (II): Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia”