Hendriyo Widi Lanjutkan membaca “Menikmati Perjalanan “Sang Kretek””
Potret Pramoedya Sehari-hari
Judul Buku: Pramoedya Ananta Toer dari Dekat Sekali
Penulis: Koesalah Soebagyo Toer
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Cetakan: I, Juli 2006
Tebal: xiv + 266 halaman
Peresensi: Bagja Hidayat
ruangbaca.com
Pramoedya Ananta Toer, penulis Indonesia paling terkenal itu, punya ilmu kebal. Ilmu itu didapatnya ketika muda dari seorang dukun di Tanah Abang. Pram dan seorang pamannya datang ke sana sengaja untuk meminta kekuatan tubuh dalam menghadapi gonjang-ganjing revolusi. Lanjutkan membaca “Potret Pramoedya Sehari-hari”
Kenapa Pramoedya Menolak Wayang?
Asep Sambodja
oase.kompas.com
Ada pernyataan Pramoedya Ananta Toer yang membuat saya masygul. Dalam buku Saya Ingin Lihat Semua Ini Berakhir (Depok: Komunitas Bambu, 2008), Pramoedya Ananta Toer mengatakan kepada Kees Snoek bahwa sejak berumur 17 tahun, dirinya sudah menolak wayang, karena wayang pada dasarnya hanya omong kosong belaka. Lanjutkan membaca “Kenapa Pramoedya Menolak Wayang?”
Wawancara dengan Paramoedya Ananta Toer: “Yang Tidak Setuju, Ya minggir Saja”
Mustafa Ismail, Arif Zulkifli, Hermien Y. Kleden, Mardiyah Chamim
majalah.tempointeraktif.com, 4 Mei 1999
SEBELUM berangkat, Pram bersedia menerima Mustafa Ismail, Arif Zulkifli, Hermien Y. Kleden, Mardiyah Chamim, dan fotografer Robin Ong dari TEMPO hingga beberapa kali. Sembari mengenakan kaus putih dan kain sarung, Pram, ketika menjawab pertanyaan TEMPO, sesekali suaranya meninggi dan keras tatkala menjawab pertanyaan agak sensitif. Lanjutkan membaca “Wawancara dengan Paramoedya Ananta Toer: “Yang Tidak Setuju, Ya minggir Saja””