Wawancara dengan Paramoedya Ananta Toer: “Yang Tidak Setuju, Ya minggir Saja”

Mustafa Ismail, Arif Zulkifli, Hermien Y. Kleden, Mardiyah Chamim
majalah.tempointeraktif.com, 4 Mei 1999

SEBELUM berangkat, Pram bersedia menerima Mustafa Ismail, Arif Zulkifli, Hermien Y. Kleden, Mardiyah Chamim, dan fotografer Robin Ong dari TEMPO hingga beberapa kali. Sembari mengenakan kaus putih dan kain sarung, Pram, ketika menjawab pertanyaan TEMPO, sesekali suaranya meninggi dan keras tatkala menjawab pertanyaan agak sensitif. Lanjutkan membaca “Wawancara dengan Paramoedya Ananta Toer: “Yang Tidak Setuju, Ya minggir Saja””

Membahasakan 1000 Jejak Pram

Judul Buku: 1000 Wajah Pram dalam Kata dan Sketsa
Penyunting: Astuti Ananta Toer
Penerbit: Lentera Dipantara
Tebal: xvi+504 halaman
Peresensi: Engkos Kosnadi *
oase.kompas.com

100 Wajah Pram dalam Kata dan Sketsa, Ini sebuah buku yang saya kategorikan sebagai salah satu “babad pram” yang ditulis oleh sekitar 68 orang yang pusparagam dari mulai wartawan, pemimpin redaksi, pustakawan, guru, sahabat, pengagum, pemerhati, adik, anak dan cucu dan beberapa orang sahabat dekat pram dan banyak profesi lainnya, jadinya ‘gado-gado ala pramis’. Lanjutkan membaca “Membahasakan 1000 Jejak Pram”

Tinggalkan Bumi Manusia

Gunawan Budi Susanto
Suara Merdeka.com, 1 Mei 2006

INNA lillahi wa inna ilaihi rajiun. Pramoedya Ananta Toer tak pernah menyerah di bawah kepongahan dan kebebalan (kekuasaan) manusia. Namun kini, mau tak mau, dia harus menyerah di bawah kuasa ilahi.

Ya, Minggu (30/4) kemarin pukul 08.30, dia mengembuskan napas terakhir dalam rengkuhan keluarga tercinta. Kini Pram telah pergi, meninggalkan bumi manusia. Lanjutkan membaca “Tinggalkan Bumi Manusia”

Dan Intuisi Membisikkan Peluang Sang Legendaris

Selamat Jalan Pramoedya Ananta Toer…

IBM Dharma Palguna
balipost.co.id

SAYA seorang mahasiswa yang sedang menulis sebuah skripsi untuk menamatkan kuliah di Fakultas Sastra. Pramoedya Ananta Toer adalah nama yang langsung saya pilih tanpa keraguan sedikit pun. Setelah itu barulah memilih salah satu karyanya untuk dianalisis. Pilihan jatuh pada roman Perburuan. Ketika itu tahun 1984. Lanjutkan membaca “Dan Intuisi Membisikkan Peluang Sang Legendaris”