Obrolan penerjemahan karya dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia bersama Anton Kurnia (II)

Wawancara di bawah ini, diambil dari Grup Facebook Apresiasi Sastra (APSAS) Indonesia

Koekuh Djatmiko: “1. Mana yang lebih urgen, terjemahan yang setia dengan gaya bahasa pengarang atau yang penting pesan pengarangnya sampai ke pembaca? 2. Bila novel yang akan diterjemahkan aslinya non bahasa Inggris, misalkan Perancis, Spanyol atau Jerman, apakah bung AK memilih buku yang bahasa asli atau buku yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris? Bukankah bila memilih buku yang terjermahan Inggris, artinya bung AK sudah memilih buku terjemahan atas terjemahan? Terkait dengan itu, bagaimana kita sebagai penterjemah mau mengikuti gaya bahasa dan bercerita pengarang ybs?” Lanjutkan membaca “Obrolan penerjemahan karya dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia bersama Anton Kurnia (II)”

Wawancara dengan Paramoedya Ananta Toer: “Yang Tidak Setuju, Ya minggir Saja”

Mustafa Ismail, Arif Zulkifli, Hermien Y. Kleden, Mardiyah Chamim
majalah.tempointeraktif.com, 4 Mei 1999

SEBELUM berangkat, Pram bersedia menerima Mustafa Ismail, Arif Zulkifli, Hermien Y. Kleden, Mardiyah Chamim, dan fotografer Robin Ong dari TEMPO hingga beberapa kali. Sembari mengenakan kaus putih dan kain sarung, Pram, ketika menjawab pertanyaan TEMPO, sesekali suaranya meninggi dan keras tatkala menjawab pertanyaan agak sensitif. Lanjutkan membaca “Wawancara dengan Paramoedya Ananta Toer: “Yang Tidak Setuju, Ya minggir Saja””